Sri Mulyani Jelaskan Bahaya Inflasi jika LPG, BBM dan Listrik Naik

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan laju inflasi domestik pada April lalu bisa jauh di atas 3,5 persen jika pemerintah tak menahan kenaikan harga jual BBM, listrik dan LPG. Pasalnya, faktor pengungkit inflasi bulan lalu tak hanya peningkatan harga komoditas global, melainkan juga kenaikan konsumsi jelang Idulfitri.
Mulai pulihnya permintaan domestik tersebut tercermin pada pergerakan inflasi inti (core inflation) yang berada dalam tren yang meningkat.
"Sejatinya, inflasi domestik berpotensi meningkat jauh lebih tinggi jika kenaikan harga komoditas global sepenuhnya di pass-through ke harga-harga domestik. Namun, potensi transmisi tingginya harga komoditas global tersebut dapat kita redam, dengan jalan mempertahankan harga jual BBM, LPG dan listrik di dalam negeri untuk tidak naik," ujarnya di DPR, Selasa (31/5).
Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa laju inflasi dalam Kerangka Makro Ekonomi dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2023 dipatok pada kisaran 2,0 persen sampai 4,0 persen dengan memperhatikan sejumlah dinamika ekonomi global saat ini.
Salah satunya tingginya tekanan inflasi akibat melonjaknya harga komoditas, terutama setalah pecah konflik Rusia-Ukraina. Di AS dan Eropa, misalnya, laju inflasi sudah mencatatkan rekor tertinggi dalam empat dekade terakhir. Sementara inflasi di Argentina dan Turki masing-masing mencapai 58 persen dan 70 persen pada April 2022.
Lantaran itu lah, lanjut Bendahara Negara, APBN berperan penting sebagai shock absorber sehingga daya beli masyarakat serta keberlanjutan pemulihan ekonomi tetap dapat dijaga. Hingga kini, pemerintah terus melanjutkan berbagai kebijakan untuk melindungi masyarakat, seperti melalui skema subsidi dan bantuan sosial.
"Kebijakan pengendalian inflasi lainnya juga ditempuh bersama dengan Bank Indonesia melalui koordinasi yang kuat dalam forum Tim Pengendalian Inflasi Nasional (TPIN), baik di tingkat pusat maupun daerah," jelasnya.