NEWS

5 Alasan Ekonomi Afghanistan Merugi di Bawah Kuasa Taliban

Ekonomi Afghanistan berada di ambang krisis.

5 Alasan Ekonomi Afghanistan Merugi di Bawah Kuasa TalibanANTARA FOTO/REUTERS/Beresford Hodge

by Tanayastri Dini Isna KH

24 August 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Mantan Gubernur Bank Sentral Afghanistan (DAB) Ajmal Ahmady memperingatkan risiko anjloknya ekonomi negara tersebut setelah kepemimpinannya diambil alih oleh Taliban.

Ia menyebut, Afghanistan berpotensi menghadapi rentetan guncangan ekonomi yang berujung pada pelemahan mata uang, inflasi yang terjadi lebih cepat, dan kontrol modal di bawah kendali Taliban.

Pada akhirnya, fenomena tersebut bakal berdampak pada kenaikan harga konsumen dan harga impor semakin mahal. "Ini akan menyakiti para masyarakat tidak mampu," tulis Ahmady dalam cuitannya di Twitter.

Menurutnya, Afghanistan bisa menghadapi risiko krisis ekonomi karena situasi tersebut. Terlebih, itu semua terjadi di tengah pandemi, kekeringan di kawasan, dan banyaknya masyarakat telantar.

“Ini situasi yang sangat menantang (bagi Afghanistan),” jelas Ahmady, dikutip dari Bloomberg, Senin (23/8).

Apakah hanya sampai di situ? Tidak. Mari simak beberapa ulasan berikut untuk mengetahui gambaran ekonomi Afghanistan saat ini.

1. Amerika Serikat (AS) membekukan aset bank sentral

Belum lama ini, AS membekukan akses ke US$7 miliar aset DAB, yang beberapa di antaranya disimpan di The Fed.

Pekan lalu, Ahmady menyebut, total cadangan DAB melampaui US$9 miliar. Akan tetapi, ia mengatakan, mayoritas cadangan itu tersimpan dalam aset yang aman dan likuid, seperti obligasi Treasury AS dan emas di luar negeri.

Sayangnya, Taliban pun kabarnya tidak akan dapat mengakses aset tersebut karena kelompok mereka termasuk dalam daftar sanksi internasional. Sekalipun bisa, jumlahnya tidak akan banyak, imbuh Ahmady.

Ia menjelaskan, “Kami dapat mengatakan, dana yang dapat diakses oleh Taliban mungkin hanya 0,1-0,2 persen dari total cadangan internasional Afghanistan. Tidak banyak.”

2. Perbankan Afghanistan porak-poranda

Ketika AS bersiap merampungkan penarikan pasukan militer dari Afghanistan, sektor ekonomi dan perbankan Afghanistan turut porak-poranda. Apalagi, hampir tiga perempat dari sekitar 40 juta masyarakatnya tinggal di pedesaan. Padahal, menurut Bank Dunia, mayoritas pemberi pinjaman berlokasi di tiga kota besar.