Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

87 Persen Pengembang Video Game Gunakan AI, Tapi Ini Risikonya

ilustrasi video game (freepik.com/freepik
ilustrasi video game (freepik.com/freepik
Intinya sih...
  • Kecerdasan buatan bertujuan menyederhanakan dan mengotomatiskan tugas.
  • Keberadaan AI membantu optimalisasi konten dan pemrosesan informasi.
  • Di antara risiko penerapannya adalah kesulitan menentukan imbal hasil investasi riil, hingga potensi hilangnya pekerjaan dan sengketa hak kekayaan intelektual.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Survei Google Cloud menunjukkan 87 persen pengembang video game menggunakan agen kecerdasan buatan (AI) demi menyederhanakan dan mengotomatiskan tugas. Ini terjadi karena industri mulai berkonsentrasi mengoptimalkan biaya menyusul gelombang PHK berskala besar.

Jajak pendapat yang dilakukan oleh Google dan The Harris Poll ini menyasar 615 pengembang gim di Amerika Serikat, Korea Selatan, Norwegia, Finlandia, dan Swedia pada akhir Juni dan awal Juli.

Hasil survei menunjukkan pengembang gim memanfaatkan AI untuk mengatasi tantangan industri, seperti pembengkakan biaya pengembangan dan siklus kreasi yang memanjang akibat tingginya ekspektasi penggemar dan ketatnya persaingan.

Menurut laporan Reuters, sebagian besar responden dalam laporan tersebut mengaku terbantu oleh AI dalam mengotomatiskan tugas-tugas rumit dan berulang. Dengan begitu, para pengembang dapat lebih berfokus pada hal-hal yang lebih kreatif.

Sekitar 44 persen pengembang menggunakan AI dalam mengoptimalkan konten dan memproses informasi seperti teks, suara, kode, audio, dan video dengan cepat.

Para pengembang pun dapat lebih cepat beralih dari fase konsep ke tahap pengujian, serta melakukan perilisan.

Dalam laporan Cryptopolitan, kecepatan merupakan hal yang krusial bagi industri yang berada di bawah tekanan untuk menghadirkan gim lebih besar dan lebih baik.

Pengembang besar kini menginvestasikan ratusan juta dolar dalam gim-gim blockbuster, yang banyak di antaranya membutuhkan waktu pembuatan lebih dari lima tahun. AI menawarkan cara memperpendek siklus tersebut tanpa mengorbankan kualitas.

Pun demikian, pilihan menerapkan AI bukan saja tanpa risiko. Hampir satu dari empat pengembang kesulitan menentukan imbal hasil investasi riil dari perangkat AI. Menggunakan sistem AI membutuhkan investasi besar di tengah anggaran yang telah terbatas.

Yang lebih mengkhawatirkan, terdapat ketidakpastian terkait hak cipta dan kepemilikan data. Sekitar 63 persen responden khawatir tentang siapa pemilik konten yang dihasilkan AI. Dengan hukum dan sistem perizinan yang belum jelas, studio dapat menghadapi gugatan hukum atas aset yang dihasilkan dengan bantuan teknologi AI.

Penggunaan AI dalam video game merupakan topik kontroversial. Banyak pihak pada industri ini mencemaskan potensi hilangnya pekerjaan, sengketa hak kekayaan intelektual, dan gaji lebih rendah.

Menurut laporan Reuters tahun lalu, para pemain gim melakukan pemogokan bersama para aktor Hollywood. Sebagian dasar aksi tersebut adalah kekhawatiran bahwa AI pada akhirnya dapat menggantikan tenaga manusia dan memungkinkan pemangkasan gaji.

Sementara itu, lebih dari 10.000 pekerjaan pada industri gim secara global raib karena studio-studio besar mengalami perampingan atau penutupan.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us