Tesla Disangsikan Dapat Jual 20 Juta Kendaraan Listrik pada 2030

Kompetisi industri & biaya belanja modal menjadi tantangan.

Tesla Disangsikan Dapat Jual 20 Juta Kendaraan Listrik pada 2030
Elon Musk (REUTERS/Mike Blake)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Tesla memiliki misi untuk menjual 20 juta kendaraan listrik (electric vehicle/EV) hingga 2030. Sang CEO, Elon Musk, menyatakan ambisi tersebut merupakan “janji pertumbuhan” bagi pemegang saham perusahaan sekaligus upaya mendorong energi berkelanjutan.

Namun, pabrikan itu tidak bisa terburu-buru diposisikan sebagai pemain otomotif nomor satu dunia. Sebab, dikutip dari Reuters, Rabu (31/8), ada banyak hal yang bakal mengadangnya seperti persaingan dengan pabrikan lain serta biaya belanja modal yang mahal. Untuk mencapai target sampai delapan tahun mendatang itu, Tesla harus meningkatkan penjualannya hingga 13 kali lipat dari kapasitas penjualan tahun ini yang hanya 1,5 juta unit.

Jika tujuannya tercapai, ukuran Tesla akan menjadi dua kali lebih besar ketimbang pembuat mobil mana pun dalam sejarah industri otomotif. Ujung dari pencapaian itu adalah penguasaan 20 persen pangsa pasar kendaraan global.

“Saya akan menyamakan ini dengan Proyek Manhattan dalam Perang Dunia Kedua,” kata pengamat manufaktur dari The Agile Group, Michael Tracy, merujuk upaya jor-joran Amerika Serikat untuk menciptakan bom atom.

Persaingan ketat

mobil tesla (unsplash.com/Tesla Fans Schweiz)

Target penjualan ini akan bergantung pada faktor-faktor tidak berada dalam kendali Tesla, seperti adanya persaingan di tingkat industri.

Sejumlah perusahaan otomotif tengah berupaya untuk mengerahkan lebih banyak kendaraan listrik demi bersaing dengan produk unggulan Tesla, seperti Model 3 serta SUV.

Di Cina, misalnya, perusahaan rintisan lokal seperti Xpeng Inc, Nio Inc, dan Li Auto Inc, membuntuti Tesla dalam urusan volume penjualan. Sementara itu, BYD China, yang menjual kendaraan listrik dan hybrid dengan harga terjangkau, menantang Tesla secara global.

Lalu, Ford Motor Co. dan Rivian Automotive Inc telah menekuk dominasi Tesla di pasar truk listrik.

Bukan hal mudah melipatgandakan produksi dalam industri ini. Toyota saja yang merupakan produsen mobil terbesar dunia berdasarkan volume, "membutuhkan waktu puluhan tahun untuk membangun kemampuan itu," kata Tracy.

Target 2030 sangat ambisius

Ilustrasi pabrik Tesla. Shutterstock/Michael Vi

Analisis Reuters mengungkap Tesla bisa menghabiskan lebih dari US$400 miliar untuk membangun perakitan kendaraan baru dan pabrik baterai di seluruh dunia, serta US$200 miliar belanja baterai termasuk bahan bakunya.

Untuk mengejar kapasitas produksi setara gabungan Toyota dan Volkswagen saja, Tesla harus mendirikan tujuh atau delapan pabrik raksasa dalam interval minimal 12 bulan. Sudah begitu, Tesla juga harus memikirkan untuk dapat memenuhi kapasitas baterai yang perlu ditingkatkan sekitar 30 kali lipat untuk memasok semua pabriknya.

Pemerintah sejumlah negara, seperti Kanada, Indonesia, India, dilaporkan telah melobi Tesla terkait investasi dalam produksi EV. Tetapi, Elon Musk menyatakan keputusannya baru akan diumumkan pada akhir 2022.

Tesla perlu memperluas kapasitas pembuatan baterainya secara mandiri, serta kapasitas baterai dari mitranya, dan produsen yang memasok bahan bakunya.

"Jangka panjang, kami mengharapkan untuk membuat pesanan 3.000 gigawatt jam atau 3 terawatt jam per tahun," kata Musk kepada investor pada Juli lalu. "Saya pikir kita punya peluang bagus untuk mencapai ini sebenarnya sebelum 2030, tapi saya sangat yakin kita bisa melakukannya pada 2030."

Kapasitas produksi baterai Tesla saat ini adalah 100 gigawatt-jam.

Menurut Benchmark Mineral Intelligence, pelacak industri baterai EV global, Tesla akan membutuhkan 2,0 juta ton lithium, 1,3 juta ton nikel, 0,2 juta ton kobalt, dan 3,5 juta ton grafit untuk mendukung produksi 2030. Itu empat kali lebih banyak lithium dan nikel, dua kali lebih banyak kobalt dan tujuh kali lebih banyak grafit dari yang diperkirakan akan dikonsumsi oleh seluruh industri EV pada 2022.

Benchmark menyebutkan target 2030 sebagai "sangat ambisius."

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi