TECH

Ini Alasan Serangan Siber Berteknologi AI Meningkat Sampai Akhir 2023

Mulai dari tren migrasi cloud sampai belum adanya regulasi.

Ini Alasan Serangan Siber Berteknologi AI Meningkat Sampai Akhir 2023Ilustrasi kejahatan siber. Shutterstock/Sergey Nivens
30 August 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Perusahaan keamanan identitas global, CyberArk, memperkirakan akan terjadinya peningkatan serangan siber berbasis teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) hingga akhir 2023.

Dalam laporan berjudul ‘2023 Identity Security Threat Landscape Report’, CyberArk mendapati 93 persen tenaga profesional keamanan siber mengkhawatirkan serangan siber AI melalui penyebaran malware. Mengejutkannya, sebanyak 86 persen responden mengklaim telah mengalami serangan ransomware dalam setahun terakhir.

Hal ini semakin diperkuat dengan perkembangan teknologi AI yang makin pesat, ditambah percepatan akibat pandemi Covid-19 yang memacu banyak perusahaan teknologi seolah berlomba untuk jadi yang pertama di dunia AI.

Perkiraan meningkatnya serangan siber hingga akhir 2023 bukannya tanpa dasar, sejumlah alasan diungkapkan melalui laporan CyberArk. Mengutip artikel di laman resmi eraspace.com, berikut ulasan beberapa alasan tersebut.

1. Perusahaan teknologi informatika belum siap amankan data sensistif

Perkembangan teknologi AI yang pesat ternyata tidak dibarengi dengan kesadaran instansi publik dan swasta untuk meningkatkan keamanan datanya. Dari laporan CyberArk, 63 persen responden mengaku belum memiliki pengamanan data yang cukup kuat terhadap karyawan yang memiliki akses ke data sensitif.

Selain itu, 59 persen responden tidak mampu melindungi data sensitif milik perusahaan terhadap serangan siber yang muncul dari software supply chain provider. Terdapat 67 persen yang bergerak di sektor energi, minyak, dan gas yang tidak mampu menghentikan serangan bertipe ini. Masalahnya, sudah banyak prediksi serangan siber AI melalui penyebaran malware seiring banyaknya perusahaan yang bermigrasi ke layanan cloud.

2. Tren migrasi ke Cloud buat keamanan data jadi rentan

Banyak perusahaan mulai mengadopsi layanan arsitektur cloud native. Jenis layanan ini dibangun di atas paket kode yang begitu banyak dan bergantung kepada kode open source. Ketergantungan terhadap kode open source inilah yang justru membawa kerentanan.Apalagi, serangan siber kerap memanfaatkan tenaga yang mengelola konstruksi kode open source sehingga memudahkan penyusupan ke dalam organisasi lewat pembaruan software package.

Para pelaku kejahatan siber dapat memanfaatkan teknologi AI untuk melancarkan serangan software supply chain secara lebih mudah. Oleh karena itu, ada baiknya organisasi mulai menerapkan sistem keamanan data yang jauh lebih aman, seperti pengamanan berbasis software as a service.

Related Topics