TECH

Pekerjakan 10.000 Orang Uni Eropa, Facebook Siap Bangun Metaverse

Metaverse butuh investasi besar dan kerja sama banyak pihak.

Pekerjakan 10.000 Orang Uni Eropa, Facebook Siap Bangun MetaverseIlustrasi Facebook. (ShutterStock/AlexandraPopova)
19 October 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Perusahaan teknologi sosial media, Facebook, mengumumkan rencananya untuk mempekerjakan 10.000 penduduk Uni Eropa (UE). Hal ini diadakan dalam rangka pengembangan Metaverse, sebuah inovasi kehidupan virtual bagi manusia. Konsep ini adalah prioritas pengembangan besar berikutnya dan beberapa waktu lalu baru saja menghabiskan sekitar US$50 juta untuk membangun semesta virtual secara bertanggung jawab.

Melansir The Guardian (18/10), Facebook dan perusahaan teknologi lainnya berniat menciptakan sebuah semesta, di mana orang menjalani kehidupan sosial dan profesional mereka secara virtual, dengan menggunakan alat virtual reality (VR) seperti headset Facebook Oculus Rift atau secara augmented reality (AR) yang meletakkan realita digital di atas kehidupan nyata, layaknya dunia seperti permainan Pokemon Go.

Dalam unggahan blog yang mengumumkan perekrutan, Nick Clegg, wakil presiden urusan global Facebook, mengatakan bahwa orang Eropa akan memainkan peran penting dalam membentuk metaverse. Menurutnya, pengembangan dunia VR dan AR yang dapat dihuni akan membutuhkan investasi berkelanjutan dalam bakat di seluruh komponen bisnis.

“Jadi hari ini, kami mengumumkan rencana untuk menciptakan 10.000 pekerjaan berketerampilan tinggi baru di UE selama lima tahun ke depan. Investasi ini merupakan bentuk kepercayaan pada kekuatan industri teknologi Eropa dan potensi bakat teknologi Eropa,” ujar Clegg seperti diberitakan The Guardian.

Facebook memilih Uni Eropa sebagai lokasi pengembangan metaverse

Uni Eropa dipilih sebagai tempat pengembangan metaverse Facebook karena beberapa alasan. Facebook menilai bahwa kekuatan teknologi dan kecakapan pekerja teknologi di Eropa sangat mumpuni dalam mendukung pengembangan semesta virtual ini. Upaya rekrutmen Uni Eropa diharapkan akan fokus pada Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, Polandia, Belanda, dan Irlandia.

Clegg juga merujuk pada status UE sebagai regulator berpengaruh dari usaha internet baru. Sebelumnya, komisaris kompetisi UE, Margrethe Vestager, menyerukan pemadaman massal di platform Facebook, yang memengaruhi miliaran pengguna di seluruh dunia, menunjukkan risiko bila hanya mengandalkan beberapa pemain teknologi besar saja.

Beberapa waktu lalu, Frances Haugen, manajer produk di tim integritas sipil di Facebook, membocorkan serangkaian dokumen. Ia menuduh Facebook menempatkan "keuntungan astronomis di atas manusia" dan telah merilis dokumen, termasuk sebuah artikel yang menunjukkan bahwa Facebook sadar platform Instagram merusak kesehatan mental remaja, namun tidak membagikan temuannya.

Clegg berharap dapat bekerja sama dengan pemerintah di seluruh UE untuk menemukan orang dan pasar yang tepat untuk memajukan metaverse. “Para pembuat kebijakan Eropa memimpin dalam membantu menanamkan nilai-nilai Eropa seperti kebebasan berekspresi, privasi, transparansi, dan hak-hak individu ke dalam cara kerja internet sehari-hari,” katanya.

Apa itu Metaverse?

Istilah metaverse sudah dikenal sejak awal 90-an. Neal Stephenson menuliskan konsep ini dalam karya novel fiksi ilmiahnya, Snow Crash. Kata ini mengacu pada konvergensi realitas fisik, augmented, dan virtual dalam ruang online bersama. CEO Facebook, Mark Zuckerberg, sebenarnya sudah mengungkapkan tentang ambisi Facebook dalam pengembangan metaverse sejak Juli lalu.

The Verge (22/7), menuliskan bahwa Facebook akan berusaha untuk membangun pengalaman yang maksimal dan saling berhubungan langsung dalam sebuah realita virtual yang disebut metaverse. Zuckerberg menyebut realitas ini sebagai ‘internet yang diwujudkan’. Namun demikian, dalam operasionalisasinya, metaverse membutuhkan banyak pemain berbeda dengan cara yang terdesentralisasi.

Beberapa karakteristik utama dari metaverse, menurut Matthew Ball (2020), antara lain harus menjangkau dunia fisik dan virtual; mengandung ekonomi yang benar-benar matang; dan menawarkan 'interoperabilitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Interoperabilitas adalah kemampuan suatu aplikasi untuk bisa berinteraksi dengan aplikasi lainnya melalui satu protokol yang disetujui bersama lewat bermacam-macam jalur komunikasi.

“Anda dapat menganggap metaverse sebagai internet yang diwujudkan, di mana alih-alih hanya melihat konten, namun Anda berada di dalamnya. Anda merasa hadir dengan orang lain seolah-olah Anda berada di tempat lain, memiliki pengalaman berbeda yang tidak selalu dapat Anda lakukan di aplikasi atau halaman website 2 dimensi, seperti menari atau berbagai jenis aktivitas kebugaran,” ujar Zuckerberg saat diwawancarai The Verge.

 Zuckerberg percaya bahwa metaverse akan dapat diakses di seluruh platform digital, baik VR, AR, PC, perangkat seluler, maupun konsol game. Secara umum, konsep metaverse akhirnya dapat diartikan sebagai dunia online tempat orang dapat bermain game, bekerja, dan berkomunikasi dalam lingkungan virtual.

Related Topics