TECH

Pertama Kalinya eFTG Digunakan untuk Survei Wilayah Migas

Teknologi ini diharapkan beri data akurat cadangan migas.

Pertama Kalinya eFTG Digunakan untuk Survei Wilayah MigasPesawat survei DC3 Turbo Prop yang digunakan untuk Survei geofisika dengan teknologi enhanced Full Tensor Gradiometry (eFTG). (dok. Pertamina)
07 October 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang tengah bersiap melaksanakan survei geofisika dalam rangka pencarian sumber cadangan minyak dan gas. Menurut keterangan resmi Pertamina, survei yang akan dilakukan di Cekungan Bintuni dan Salawati, Papua Barat, pada 12 Oktober nanti akan menggunakan teknologi enhanced Full Tensor Gradiometry (eFTG). Survei akan menelusuri area sepanjang 23.000 km dan mencakup luasan 45.000 km persegi.

Pelaksanaan survei merupakan bagian dari pemenuhan Komitmen Kerja Pasti (KKP) Kontraktor Kontrak Kerjasama Pertamina Hulu Energi Jambi Merang di wilayah terbuka. Dalam melakukan survei tersebut, PHE Jambi Merang bekerja sama dengan PT Mahakarya Geo Survey yang berkolaborasi dengan AustinBridgeporth menggunakan pesawat survei DC3 Turbo Prop.

Ketua Tim Teknis Pelaksana Teknis Survei Geofisika dan Vice President New Venture Subholding Upstream Pertamina, Agung Prasetyo, mengatakan Pertamina berkomitmen terus melakukan kegiatan eksplorasi, baik di area yang ada sekarang maupun area frontier atau new venture dalam rangka mencari potensi cadangan hidrokarbon baru.

“Selain Cekungan Bintuni-Salawati, saat ini PHE juga sedang melakukan survei FTG terbesar di Indonesia di cekungan frontier lain di Papua dengan panjang lebih dari 31.000 km dan mencakup area seluas 60.000 km persegi yang progresnya sudah mencapai lebih dari 50%,” ujar Agung.

Teknologi eFTG yang digunakan dalam survei

AustinBridgeporth menjelaskan dalam keterangan resminya bahwa eFTG adalah sistem gradiometer gravitasi tercanggih di dunia. Huruf 'e' di eFTG menandakan generasi terkini dari teknologi Gradiometri Gravitasi Tensor Penuh terbang yang menggabungkan elemen desain terbaik dari semua jenis gradiometer gravitasi komersial Lockheed Martin sebelumnya. Sistem pengukuran triaksial 24 sensor yang dihasilkan memberikan rasio signal-to-noise tertinggi di dunia, lebih dari semua sistem gravitasi di dunia.

EFTG juga memiliki gravimeter skalar yang dibuat khusus yang terintegrasi penuh di dalam instrumen tersebut. Alat ini dirancang untuk saling melengkapi. Pengukuran tensor dan skalar penuh memastikan anomali gravitasi dari sumber geologis dangkal dan dalam dipetakan dalam resolusi dan akurasi setinggi mungkin.

Data magnetik juga akan diperoleh dan sistem LiDAR sudut pemindaian lebar juga akan digunakan. Rangkaian data geofisika ini akan mempercepat alur kerja eksplorasi Pertamina dengan mengumpulkan secara cepat informasi geologi yang berharga yang dapat diintegrasikan dengan data geofisika dan geologi yang ada, untuk digunakan dalam eksplorasi lebih lanjut.

Teknologi yang digunakan ini adalah yang pertama di Asia

CEO Austinbridgeporth, Mark Davies, yang juga hadir pada saat pelaksanaan inspeksi peralatan mengatakan survei eFTG ini adalah yang pertama dilakukan di Indonesia, bahkan Asia. “Survei eFTG adalah generasi terbaru dari gradiometer gravity yang dapat memberikan beragam peningkatan pada sensitivitas dan resolusi yang melebihi teknologi generasi FTG sebelumnya,” ujarnya.

Secara terpisah, Direktur Eksplorasi Subholding Upstream Pertamina, Medy Kurniawan, menyampaikan bahwa dengan penerapan teknologi terbaru dalam melakukan kegiatan eksplorasi di Pertamina termasuk eFTG, pihaknya berharap akan mendapatkan data akurat yang dapat memperbesar peluang untuk mendapatkan temuan besar cadangan migas ke depannya.

Related Topics