Daftar Terbaru E-commerce Tutup di RI, Mulai JD.ID sampai Rakuten

Jakarta, FORTUNE – Persaingan dalam industri e-commerce di Indonesia cukup ketat, dan yang tidak mampu bertahan harus menelan pil pahit. Sepanjang perjalanan industri e-commerce Indonesia sejak 2000-an, tidak sedikit jumlah pemain perdagangan elektronik yang tutup. Pada awal 2023, industri tersebut membagikan kabar tidak mengenakkan tutupnya salah satu pemain perdagangan elektronik.
JD.ID menjadi platform belanja daring terbaru yang secara resmi menutup layanannya di Indonesia. E-commerce besutan JD.Com tersebut mengumumkan kabar tersebut secara langsung pada situs web perusahaan.
Perusahaan teknologi itu menambah daftar panjang sejumlah e-commerce yang tutup di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan. Berikut lis beberapa platform belanja daring Indonesia yang tumbang seperti dilansir dari berbagai sumber.
1.JD.ID (2023)
Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID, Setya Yudha Indraswara, membenarkan JD.ID akan menghentikan semua layanan pada 31 Maret 2023.
“Keputusan ini adalah langkah strategis dari JD.COM untuk fokus pada pembangunan jaringan rantai pasok lintas-negara, dengan logistik dan pergudangan sebagai inti bisnisnya,” katanya melalui keterangan resmi yang diterima pada Senin (30/1).
Selanjutnya, JD.ID akan memberi waktu bagi seluruh mitra pengguna dan penjual untuk menyelesaikan transaksinya hingga akhir Maret 2023. Dalam aplikasinya, JD.ID juga menyampaikan takkan berhenti menerima pesanan mulai 15 Febuari 2023.
Untuk pesanan yang selesai sebelum tanggal tersebut, JD.ID akan memenuhi dan menyelesaikan pesanan tersebut. Kepada pembeli, JD.ID juga menyediakan layanan pelanggan dengan menghubungi nomor 1500 618.
Pada Desember 2022, JD.ID melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada kurang lebih 200 karyawannya. Perusahaan itu beralasan pemangkasan karyawan dilakukan demi beradaptasi terhadap tantangan perubahan bisnis yang begitu cepat.
2.Blanja.com (2020)
PT Telkom Indonesia Tbk secara resmi menutup platform perdagangan elektroniknya, Blanja.com. Namun, BUMN telekomunikasi tersebut menyatakan Blanja.com masih tetap ada dengan berfokus pada bisnis pada segmen korporasi dan UMKM melalui skema bisnis ke bisnis (B2B).
Blanja.com menyatakan akan menyelesaikan hal-hal yang berkenaan dengan kemitraan bisnis ritel sesuai dengan kesepakatan dan ketentuan berlaku.
3.Qlapa (2019)
Laman iPrice melansir Qlapa mengumumkan penyetopan operasionalnya secara menyeluruh pada Maret 2018. Platform belanja daring itu menutup layanannya dengan alasan bisnis yang tidak menguntungkan.
Qlapa adalah platform daring untuk berjualan produk kerajinan tangan yang mulai beroperasi sejak 2015. Perusahaan ini sempat mendapat pendanaan Seri A dari perusahaan bernama Aavishkaar asal India.
4.MatahariMall.com (2018)
MatahariMall.com resmi mundur dari industri e-commerce Indonesia pada November 2018. Platform belanja daring itu meleburkan diri ke dalam layanan Matahari.com milik Matahari Department Store.
Langkah peleburan ini bertujuan untuk menjadikan Matahari.com sebagai kanal utama belanja daring dari perusahaan besutan Lippo Group tersebut, menurut iPrice melansir Bisnis.com.
Didukung dengan investasi US$500 juta yang menjadi modal awal, MatahariMall.com memiliki model bisnis online to online dan offline to offline (O2O) yang memungkinkan pembeli untuk bertransaksi di berbagai cabang toko fisik Matahari Departement Store.
5.Cipika (2017)
Indosat Ooredoo secara resmi menutup platform belanja daring Cipika pada 2017. Platform itu tidak mampu bertahan di industri karena perkembangan model bisnisnya, yakni bisnis ke konsumen (B2C), yang lambat.
Cipika dibangun oleh Indosat Ooredo sejak 2014. Situs e-commerce itu menawarkan produk unggulan dalam kategori elektronik dan makanan, sebagaimana dilansir dari situs web iPrice.
6.Rakuten (2016)
Rakuten telah resmi hadir sejak 2011. Namun, perusahaan e-commerce asal Jepang itu hanya sanggup bertahan dalam waktu lima tahun.
iPrice melansir bahwa Rakuten menarik diri dari pasar Tanah Air karena pergeseran model bisnis yang tidak sesuai dengan konsep awal. Perusahaan e-commerce itu ingin lebih fokus pada model bisnis C2C.
Rakuten hadir dengan menggandeng MNC Group sebagai mitra bisnis lokal alias joint venture. Menurut catatan Daily Social, Rakuten memiliki 51 persen saham, sedangkan MNC Group 49 persen. Total investasi awal kedua belah pihak adalah sekitar Rp60 miliar.
Di luar daftar tersebut, terdapat sejumlah e-commerce lain yang tutup seperti Toko Bagus, Plasa.com, Berniaga.com, dan Sedapur.