TECH

Melihat Kesetaraan Gender dan Peran Perempuan di Metaverse

Kurangnya kesempatan bagi perempuan memimpin di metaverse.

Melihat Kesetaraan Gender dan Peran Perempuan di Metaverseilustrasi metaverse (freepik.com/pikisuperstar)
23 November 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Era metaverse masih dalam masa-masa awal dan akan terus berkembang. Namun, semua sepakat bahwa metaverse adalah iterasi berikutnya dari internet dan menjadi evolusi dari 2D ke 3D di berbagai antarmuka, termasuk augmented reality (AR) dan virtual reality (VR). 

Seperti halnya teknologi transformatif lainnya seperti cloud dan AI yang evolusinya berlangsung selama beberapa dekade, konsumen dan pemimpin awal metaverse—termasuk investor dan CEO—akan membentuk masa depannya. Pertanyaan yang banyak ditanyakan adalah, peran apa yang akan dimainkan perempuan?

Riset McKinsey melihat indikator awal tentang perempuan di metaverse dan mengungkapkan ketidaksetaraan gender—terutama dalam kepemimpinan yang menciptakan dan menetapkan standar metaverse. Terlihat gambaran bahwa perempuan menghabiskan waktu lebih banyak di metaverse, memberikan inisiatif lebih, tetapi kurang kesempatan untuk memimpin.

Melalui riset ini dapat dipahami bagaimana dinamika gender terjadi di metaverse pada tahap awal dengan memeriksa berbagai data, termasuk yang dikumpulkan untuk laporan McKinsey pada Juni 2022 tentang penciptaan nilai di metaverse, berikut ini ringkasannya.

Kesenjangan gender di metaverse

source_name

Riset McKinsey menemukan kesenjangan gender yang sudah terlihat di metaverse–serupa dengan kesenjangan yang ada di perusahaan dan perusahaan rintisan dalam daftar Fortune 500. Ada tiga hal yang terungkap, yakni kurang dari 10 persen CEO Fortune 500 adalah perempuan, hanya 17 persen dari pembiayaan modal ventura (VC) yang masuk ke perusahaan yang dipimpin perempuan dan dipimpin bersama perempuan, dan hanya 15 persen mitra umum VC di Amerika Serikat adalah perempuan.

Kenyataannya adalah bahwa perempuan menghabiskan lebih banyak waktu di protometaverse daripada laki-laki dan, menurut data McKinsey, lebih cenderung mempelopori dan menerapkan inisiatif metaverse.

Namun, sama seperti di sektor teknologi secara keseluruhan, perempuan tergolong minoritas dalam ekonomi metaverse. Dalam kewirausahaan dan peran CEO di ruang metaverse tetap kurang proporsional dibandingkan untuk laki-laki.

Perempuan menghabiskan lebih banyak waktu di metaverse. Untuk apa?

source_name

Related Topics