TECH

Revolusi AI Mengubah Masa Depan Perekrutan, Apakah HRD Akan Hilang?

AI bisa menentukan siapa yang dipekerjakan.

Revolusi AI Mengubah Masa Depan Perekrutan, Apakah HRD Akan Hilang?Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Shutterstock/Elnur
06 September 2024

Jakarta, FORTUNE - Proses pencarian kerja dan perekrutan tengah mengalami perubahan besar dengan hadirnya Kecerdasan Buatan (AI). Perekrut dan pencari kerja kini terjebak dalam persaingan sengit yang dipicu oleh AI, yang terus mengubah lanskap dunia kerja seperti yang kita kenal. 

Seiring AI menyebar ke berbagai tempat kerja di Amerika Serikat, satu hal yang jelas adalah aturan lama sudah tidak berlaku lagi, sementara aturan baru masih dalam tahap penyusunan. Demikian dilaporkan Fortune.com.

Menariknya, teknologi ini tidak hanya mampu menyederhanakan tugas administratif yang membosankan, tetapi juga mengubah tanggung jawab para profesional sumber daya manusia (HR). Namun, proses perekrutan tradisional kini sepenuhnya terguncang akibat dampak yang tidak diantisipasi.

Dulu, perekrutan adalah proses yang relatif sederhana antara perekrut dan calon Pekerja. Kini, dengan kehadiran AI, proses tersebut berubah menjadi ajang persaingan berbasis teknologi yang dipenuhi tantangan baru. AI memungkinkan pencari kerja melamar posisi lebih cepat dengan bantuan chatbot yang membuat resume dan surat lamaran. Sementara itu, perekrut harus menyaring ribuan lamaran untuk satu pekerjaan menggunakan alat AI.

Namun, para ahli menyatakan bahwa perubahan yang dipimpin oleh AI dalam perekrutan ini baru permulaan. Masa depan perekrutan diprediksi akan semakin terintegrasi dengan teknologi ini, di mana AI akan berperan lebih dalam menentukan siapa yang diterima. Bahkan, peran perekrut manusia berpotensi hilang seiring berjalannya waktu.

AI menentukan siapa yang dipekerjakan

AI sudah mulai digunakan oleh manajer perekrutan untuk menulis email, menyaring lamaran, dan membuat iklan lowongan kerja. Namun, yang lebih penting, teknologi ini diprediksi akan digunakan dalam tahap paling krusial, yakni seleksi akhir calon karyawan. AI memiliki kemampuan untuk mengurangi bias manusia dalam proses seleksi, dengan catatan dilatih dengan benar. Ini memungkinkan pilihan yang lebih cepat dan berbasis data.

Namun, tidak semua percobaan seleksi berbasis AI berhasil. Amazon, misalnya, pernah menghentikan penggunaan alat perekrutan berbasis AI pada 2015 setelah gagal mencapai hasil yang diinginkan. Alat tersebut ternyata menunjukkan preferensi yang lebih besar terhadap pelamar pria, menggarisbawahi risiko bias dalam AI.

Beberapa negara bagian di AS, seperti New York, Maryland, dan Colorado, kini mulai mewajibkan perusahaan untuk menerapkan strategi risiko saat menggunakan AI dalam perekrutan.

Lalu, bagaimana AI bisa menguji kemampuan dan menyortir resume? Penggunaan AI dalam menyortir resume berdasarkan kata kunci semakin lazim dilakukan oleh perusahaan. Namun, pencari kerja juga melawan balik dengan memanfaatkan AI untuk mengoptimalkan resume mereka agar sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

Sayangnya, hal ini menyebabkan sejumlah pelamar menyertakan keterampilan yang sebenarnya tidak mereka miliki. Sebagai hasilnya, perekrut kini merasa perlu memverifikasi kemampuan kandidat dengan lebih teliti.

Langkah ini turut mendorong munculnya perekrutan berbasis keterampilan, di mana pelamar akan diuji secara lebih mendalam melalui penilaian keterampilan dan kredensial tertentu, seperti program sertifikasi.

Apakah peran HRD akan hilang?

AI tidak hanya mengubah cara perekrutan, tetapi juga mengancam peran perekrut itu sendiri. Anggaran untuk divisi HR atau dikenal dengan human resouce department (HRD) telah ditekan selama puluhan tahun, dan seiring dengan upaya perusahaan untuk memotong biaya, perekrut menjadi salah satu profesi yang berpotensi digantikan.

Teknologi baru memungkinkan pencocokan kandidat yang berkualitas dilakukan dalam hitungan menit, tugas yang sebelumnya memerlukan waktu berhari-hari bagi perekrut.

Para ahli memprediksi bahwa peran perekrut akan berubah menjadi penasihat talenta, di mana mereka akan bekerja bersama AI sebagai kolega. Perusahaan juga mulai mengalihkan tanggung jawab perekrutan ke manajer umum, sehingga mengurangi kebutuhan akan perekrut dalam proses tersebut. 

Revolusi AI dalam dunia kerja ini baru dimulai, dan ke depannya, peran teknologi ini diperkirakan akan semakin dominan dalam menentukan siapa yang akan mengisi posisi-posisi penting di berbagai perusahaan.

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.