TECH

Menyusul Cina, Korea Selatan Bertekad Membangun Metaverse

Korsel merilis ekosistem metaverse dengan sejumlah proyek.

Menyusul Cina, Korea Selatan Bertekad Membangun MetaverseIlustrasi Metaverse. Shutterstock/metamorworks
01 March 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Optimisme terhadap bisnis metaverse agaknya tak hanya datang dari kalangan swasta atau industri. Sejumlah pemerintahan negara turut menyampaikan niat dalam membangun metaverse. Terkini, pemerintah Korea Selatan menyatakan akan menggelontorkan US$186,7 juta atau sekitar Rp2,7 triliun demi metaverse.

Dalam sebuah pernyataan resmi, Kementerian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Sains, dan Perencanaan Masa Depan Korea Selatan, mengumumkan akan menciptakan ekosistem metaverse yang luas untuk mendukung pertumbuhan konten digital serta bisnis perusahaan dalam negeri.

“Penting untuk menciptakan ekosistem metaverse kelas dunia sebagai titik awal untuk secara intensif mendorong industri hyper-connected baru,” kata Park Yungyu, kepala departemen komunikasi dan kebijakan di kementerian terkait, seperti dikutip dari laman Coin Telegraph, Selasa (1/3).

Dana tersebut akan digunakan untuk menyokong sejumlah proyek dalam menciptakan ekosistem metaverse yang bertajuk Expanded Virtual Words, ujarnya. Beberapa proyek tersebut adalah: pertumbuhan industri virtual kota, pendidikan, dan media.

Metaverse akan menjadi tempat untuk menunjang aktivitas kreatif komunitas, kontes pengembang metaverse, dan ajang pengembangan proyek perangkat lunak alias hackathon.

Dalam rilis sebelumnya, pemerintah Korea Selatan menaksir metaverse berpotensi menciptakan 1,5 juta lapangan pekerjaan, demikian laman Blockworks. Negara sama berencana melahirkan lebih dari 40 ribu profesional yang akan memiliki spesialisasi di metaverse.

Tak hanya itu, Korsel menargetkan bakal menjadi pasar metaverse terbesar kelima pada 2026. Dalam jangka pendek pada tahun depan, negara tersebut akan menciptakan “Metaverse Seoul”—ruang virtual tempat warga kota Seoul dapat melaporkan keluhan dan konsultasi terkait layanan publik.

Niatan Cina dan Barbados menuju metaverse

Korea Selatan menambah daftar pemerintah negara dunia yang merambah metaverse. Menukil Financial Times, pemerintah Cina melalui Komite Industri Metaverse—lembaga yang baru dibentuk pada Oktober tahun lalu—mengumumkan 17 perusahaan telah masuk dalam daftar organisasi untuk “mempromosikan perkembangan metaverse yang sehat, teratur, dan berkelanjutan.”

Komite tersebut bertujuan agar perusahaan membahas aturan, kebijakan, dan proyek baru terkait metaverse. Sejauh ini, baru sejumlah perusahaan besar, seperti Tencent, Baidu, dan Alibaba Group yang mengajukan merek dagang terkait metaverse.

Dalam beberapa bulan terakhir, kota besar Cina, termasuk Beijing, Shanghai, dan Shenzen, turut memasukkan metaverse dalam rencana pembangunan kota mereka.

Tongzhou, sebuah distrik di Beijing, menyiapkan dana untuk membantu pembiayaan startup metaverse dan merintis penelitian di lapangan. Sementara itu, pemerintah kota Shanghai baru-baru ini membuka aula virtual yang rencananya akan diubah menjadi portal daring bagi perusahaan untuk berinteraksi dengan pejabat.

Sementara itu, negara Kepulauan Barbados, mengatakan sedang bersiap untuk secara legal mengumumkan real estate digital dengan membangun kedutaan di metaverse. Dalam hal ini, Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Luar Negeri Barbados meneken kerja sama dengan Decentraland, platform virtual 3D.

Metaverse bisa jadi menawarkan sederet peluang bisnis. JP Morgan, salah satu bank terbesar di Amerika Serikat (AS), memperkirakan belanja iklan dalam gim metaverse saja akan mencapai US$18,41 miliar atau lebih dari Rp263 triliun pada 2027.

Menurut analis dari Morgan Stanley, metaverse dapat menghadirkan peluang senilai US$8 triliun. Sedangkan, kalkulasi Bloomberg menunjukkan potensi ruang virtual tersebut mencapai US$800 miliar pada 2024. Pasar gim dalam metaverse diprediksi akan menjadi ceruk pasar utama, dan setelahnya ada potensi dari bisnis hiburan, seperti film, live music, dan olahraga virtual.

Related Topics