TECH

Musim Liburan Ditaksir Sepi, Amazon Bakal PHK 10.000 Pekerja

Belakangan mulai berkutat dengan langkah efisiensi.

Musim Liburan Ditaksir Sepi, Amazon Bakal PHK 10.000 PekerjaIlustrasi Amazon (unsplash.com/Bryan Angelo)
15 November 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Amazon dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal. Jumlah karyawan yang bakal terdampak oleh langkah tersebut dikabarkan tidak tanggung-tanggung, yakni 10.000 orang.

Koran Amerika Serikat, The New York Times, mewartakan raksasa e-commerce itu disebut bakal mengumumkan pemangkasan pekerja pekan ini. Kebijakan tersebut akan menyasar pegawai di sejumlah departemen, mulai dari divisi perangkat teknologi Alexa, ritel, dan sumber daya manusia (SDM).

Namun, Amazon tidak segera menanggapi kabar PHK besar-besaran dimaksud. Padahal, bukan cuma satu media saja yang menurunkan laporannya. The Wall Street Journal pun memberitakan perusahaan teknologi itu akan memberhentikan ribuan pekerja. Per akhir September, jumlah pekerja Amazon mencapai 1,54 juta orang.

Pada awal bulan ini Amazon menyatakan telah membekukan perekrutan karyawan baru yang berlaku untuk beberapa bulan ke depan, begitu warta CNN, menyusul “ketidakpastian ekonomi” serta pertumbuhan karyawan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Sebelumnya, CEO Amazon, Andy Jassy, menyampaikan rencana efisiensi operasional di tengah masalah perlambatan penjualan dan ketidakpastian ekonomi.

Perusahaan yang berbasis di Seattle itu memperkirakan pertumbuhan penjualan pada periode liburan akhir tahun ini akan menjadi yang paling lambat dalam sejarah perseroan.

Bisnis Amazon

Aktivitas pengepakan barang di gudang Amazon di Prancis. Shutterstock/Frederick Legrand

Selama pandemi Covid-19, Amazon bergegas meningkatkan jumlah karyawannya demi menanggapi tren perubahan masyarakat yang berbelanja melalui e-commerce akibat pembatasan sosial.

Namun, dalam laporan keuangan terbarunya, perusahaan memperkirakan pendapatannya untuk kuartal pada liburan akhir tahun ini akan lebih rendah dari yang diperkirakan para analis.

Sepanjang tahun ini, Amazon disebut telah mengambil kebijakan untuk beradaptasi dengan perlambatan tajam dalam pertumbuhan e-commerce. Mereka menunda pembukaan gudang dan membekukan perekrutan pada grup ritelnya, sebelum memperluas pembekuan di seluruh grup perusahaan.

Menurut Business Times, Jassy beberapa pekan lalu mengeklaim perusahaan telah mempertajam fokusnya untuk menutup bisnis yang eksperimental dan tidak menguntungkan, seperti layanan telehealth, robot pengiriman, dan perangkat panggilan video anak-anak.

Kabar PHK Amazon datang menjelang musim liburan, sebuah periode yang penting bagi industri ritel. Meski Amazon memperkirakan perlambatan, serta terlepas dari sentimen resesi dan tekanan inflasi, Federasi Ritel Nasional AS justru memperkirakan peningkatan penjualan enam sampai delapan persen secara tahunan selama musim liburan.

Dalam laporan keuangan terakhir, Amazon pada kuartal ketiga tahun ini membukukan kenaikan penjualan bersih 15 persen secara tahunan (yoy) menjadi US$127,1 miliar. Namun, labanya pada periode sama turun dari US$3,2 miliar menjadi US$2,9 miliar. Sedangkan, kas perseroan tercatat sekitar US$35,2 miliar.

PHK teknologi

Amazon.
Amazon. (Pixabay/geralt)

Related Topics