TECH

Tren Berlanjut, Giliran Investree Akuisisi Bank Amar

Kerja sama ini untuk pengembangan produk pembiayaan UMKM.

Tren Berlanjut, Giliran Investree Akuisisi Bank AmarPerwakilan Investree Group, Tolaram, dan Amar Bank dalam sesi tanda tangan tertutup di Singapura (10/05). Dok/Investree.
12 May 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kerja sama antara perusahaan teknologi finansial (financial technology/fintech) dengan perbankan kian semarak. Kali ini, giliran Investree Singapore Pte Ltd, perusahaan fintech lending, yang mengambil alih saham PT Bank Amar Indonesia (Persero) Tbk, salah satu pelopor bank digital.

Investree Group mengambil alih saham minoritas yang signifikan 18,4 persen milik Tolaram Group Inc, pemegang saham pengendali Bank Amar. Baik Investree maupun Tolaram Group telah meneken perjanjian transaksi atas rencana akuisisi saham tersebut.

Direktur Investree Group dan Co-Founder & CEO Investree, Adrian Gunadi, mengatakan, inisiatif ini merupakan koloborasi antara fintech dan perbankan untuk sama-sama membuat inovasi produk, menyediakan layanan pembiayaan digital, dan solusi bisnis terintegrasi. Itu sekaligus demi memperluas jangkauan perusahaan kepada calon debitur maupun UMKM di wilayah bagian dari jaringan Bank Amar.

“Akuisisi ini akan semakin meningkatkan ekosistem solid milik Investree, yang memungkinkan peningkatan potensi strategis untuk memberdayakan UMKM di seluruh negeri,” kata Adrian dalam keterangan kepada media, dikutip Kamis (12/5).  

Sementara itu, Presiden Direktur Bank Amar, Vishal Tulsian, dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), mengatakan perseroan telah menerima informasis sehubungan dengan rencana akuisisi. Menurutnya, transaksi tersebut tidak menyebabkan perubahan pengendalian pada perusahaan.

“Hingga saat ini tidak ada dampak aktivitas hukum, kondisi keuangan, dan aktivitas perseroan,” demikian pernyataan resmi Vishal.

Menengok laporan keuangan Bank Amar, per Maret 2022, 55,04 persen saham Bank Amar dikuasai oleh Tolaram Group. Sedangkan, sisanya sebanyak 44,95 persen merupakan saham yang dilepas ke masyarakat.

Menurut publikasi sama, aset Bank Amar kuartal pertama tahun ini mencapai Rp4,88 triliun. Perusahaan ini pada periode sama merugi Rp8,79 miliar. Sebagai perbandingan, pada kuartal pertama 2021, Bank Amar mencetak laba Rp1,60 miliar.

Kerja sama untuk UMKM

Ilustrasi fintech. Shutterstock/Alfa Photo

Investree Group antusias dengan potensi pasar perbankan Indonesia serta peluang untuk mendorong inklusi keuangan, menurut Adrian. Dia mengutip data sekitar 92 juta orang dewasa yang tidak memiliki rekening bank (unbanked) dan 47 juta yang kurang terlayani bank (underbanked) di Indonesia.

Sedangkan, segmen UMKM yang tengah berkembang pesat tetapi kurang terlayani bank, menyumbang sekitar 60 persen dari produk domestik bruto (PDB). 

“Investree berkomitmen untuk memperluas akses layanan keuangan bagi UMKM melalui solusi perbankan digital. Dengan mengakuisisi saham Amar Bank, kami percaya bahwa upayanya untuk meningkatkan inklusi keuangan dapat dipercepat,” ujarnya.

Managing Director Fintech & Infrastructure Tolaram, Navin Nahata, menyatakan kerja sama ini memungkinkan perseroan mempercepat berbagai upaya diverisifikasi produk untuk melayani segmen ekonomi Indonesia yang penting namun secara historis kurang terlayani

“Kami sangat senang dapat bermitra dengan Investree, platform pinjaman tekfin terkemuka di Asia Tenggara, untuk terus membangun Amar Bank menjadi bank digital yang berfokus pada kebutuhan konsumen dan UMKM,” kata Navin.

Senada, Vishal Tulsian, mengatakan partisipasi dan keahlian Investree akan memungkinkan untuk memperkenalkan produk baru yang lebih baik bagi UMKM. Bank Amar memiliki produk pinjaman digital unggulan, Tunaiku, dan mobile-only bank, Senyumku.

Sebagai tambahan, kerja sama Investree dengan Bank Amar ini menambah lis kolaborasi antara fintech dengan bank. Grup Modalku, misalnya, baru-baru ini bekerja sama dengan Carro, startup otomotif, mengumumkan investasi ke PT Bank Index Selindo.

Lalu, investasi Xendit ke hampir 15 persen ke saham Bank Sahabat Sampoerna. Kemudian, PT FinAccel Teknologi Indonesia induk dari Kredivo, mengumumkan akuisisi saham mayoritas di PT Bank Bisnis Internasional.

Related Topics