Ribuan Data Pengguna Spotify Dijual untuk Pengembangan AI

Jakarta, FORTUNE - Spotify, penyedia layanan streaming musik terbesar di dunia, tengah berselisih dengan kolektif data bernama Unwrapped setelah lebih dari 10.000 data pengguna platform tersebut diperdagangkan untuk melatih model kecerdasan buatan (AI).
Unwrapped, yang diluncurkan pada Februari 2025, menjadi wadah bagi pendengar Spotify yang ingin mengompilasi riwayat mendengarkan musik mereka untuk kemudian dijual secara kolektif. Langkah ini dilakukan oleh sebagian pengguna yang ingin memperoleh keuntungan dari data pribadi mereka.
Menurut laporan Ars Technica, Unwrapped—yang didukung oleh platform data terdesentralisasi Vana—berhasil menjual data preferensi musik anggotanya ke perusahaan Solo AI dengan nilai mencapai US$55 ribu atau sekitar Rp905 juta.
Aksi tersebut langsung menuai protes dari Spotify. Perusahaan menegaskan transaksi itu melanggar aturan internal mereka. “UnwrappedData.org melanggar Ketentuan Pengembang kami,” ujar juru bicara Spotify, yang menekankan larangan keras terhadap praktik pengumpulan dan penjualan data pengguna ke pihak ketiga.
Unwrapped sendiri muncul dari keresahan pengguna yang menginginkan analisis musik lebih kreatif dibandingkan fitur tahunan Spotify Wrapped. Dengan bantuan AI, mereka percaya data musik mampu mengungkap pola emosional maupun tren pribadi yang sebelumnya tidak terlihat.
Anna Kazlauskas, salah satu pendiri Vana, bahkan menyebut inisiatif ini sebagai bentuk “serikat pekerja” untuk data pengguna. “Seorang pengguna Spotify tidak bisa begitu saja menjual datanya sendirian, karena dibutuhkan kumpulan data yang cukup besar agar bisa bernilai,” katanya, mengutip Musically.
Meski begitu, kelompok hak digital Electronic Frontier Foundation (EFF) mengingatkan bahwa menjual data pribadi bukan langkah bijak. “Privasi bukanlah komoditas yang bisa diperjualbelikan, itu adalah hak fundamental,” tegas EFF.
Di sisi lain, tim Unwrapped menolak tuduhan Spotify. Mereka menegaskan tidak pernah menerima komunikasi resmi dari perusahaan, serta menilai platform mereka justru memberi kesempatan bagi pengguna untuk memanfaatkan hak atas data pribadi.
“Saat pendengar memilih untuk berbagi atau memonetisasi data, mereka tidak mengambil apa pun dari Spotify. Mereka hanya menjalankan hak mereka untuk menentukan nasib data secara digital,” jelas pihak Unwrapped.
Namun, Kazlauskas menuding Spotify sengaja memperumit proses ekspor data, sehingga memperlambat pertumbuhan komunitas Unwrapped. Menurutnya, setiap kali ada cara praktis untuk mengakses data, Spotify selalu menutup celah tersebut. Kondisi ini membuat Unwrapped kesulitan menambah anggota baru.