Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

SleekFlow: 75% Konsumen Percaya AI Tak Akan Menggantikan Peran Manusia

Artificial Intelligence/Dok Pixbay
Intinya sih...
  • 75% konsumen percaya AI tidak akan menggantikan peran manusia, tetapi mendukung kinerja masyarakat.
  • Lebih dari 70% ahli IT di berbagai negara, termasuk Indonesia, belum siap menghadapi disrupsi AI.
  • Konsultan BCG menggunakan GenAI dalam proyek nyata dan terbukti 20% lebih baik performanya pada tugas di luar keahlian mereka.

Jakarta, FORTUNE – Euforia atas kecepatan dan kemampuan luar biasa kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) seakan merubah berbagai kebiasaan dan keseharian masyarakat. Namun, di balik hype dari pemanfaatan AI, akankah peran dan pekerjaan manusia bakal tergantikan?

Survei dan whitepaper terbaru SleekFlow mengungkap bahwa 75 persen konsumen di dunia menganggap AI tidak akan menggantikan peran manusia, melainkan mendukung kinerja dari masyarakat.

“Kepercayaan itu tumbuh saat kita tahu batas kemampuan kita. Kami percaya, AI yang bisa dipercaya adalah AI yang tahu kapan harus berhenti dan memberi ruang untuk manusia,” kata Asnawi Jufrie, VP & GM SleekFlow Asia Tenggara melalui keterangan resmi di Jakarta, Selasa (22/7).

Dalam riset tersebut terungkap bahwa sebagian besar konsumen mengandalkan AI untuk sekadar interaksi sederhana, namun tetap menginginkan interaksi manusia dalam situasi yang lebih kompleks dan emosional. 

70% ahli IT belum siap hadapi disrupsi AI

Sleekflow Retain - Asnawi Jufrie.jpg
Asnawi Jufrie, VP & GM Southeast Asia SleekFlow/Dok. SleekFlow

Namun demikian, menurut laporan AI Maturity Matrix oleh Boston Consulting Group (BCG)  lebih dari 70 persen ahli IT di berbagai negara termasuk Indonesia belum memiliki kesiapan struktural yang memadai dalam menghadapi disrupsi AI. Termasuk diantaranya aspek keterampilan, kebijakan, dan investasi jangka panjang. 

Laporan yang sama juga mencatat bahwa penggunaan AI secara kolaboratif justru lebih efektif. Ia menyebut, konsultan BCG yang menggunakan GenAI dalam proyek nyata terbukti 20 persen lebih baik performanya pada tugas di luar keahlian mereka.

Temuan-temuan ini sejalan dengan keyakinan SleekFlow bahwa AI yang bertanggung jawab harus memberi ruang bagi supervisi serta tetap dikontrol manusia. AgentFlow menjadi bentuk komitmen terhadap pendekatan ini, bukan hanya menunggu regulasi datang, tapi memimpin inisiatif etika sejak awal. Atas dasar itulah, SleekFlow meluncurkan AgentFlow sebuah sistem AI yang tidak dirancang untuk menjawab semua hal, tetapi untuk tahu kapan ia perlu berhenti dan menyerahkan kendalinya kembali ke manusia.

“Kesalahan dalam layanan pelanggan tidak selalu soal teknologi, tapi tentang hubungan. Karena itu, AgentFlow dibuat untuk membantu, bukan menggantikan manusia sepenuhnya,” ujar Asnawi Jufrie.

AgentFlow dibangun di atas Azure OpenAI dan mematuhi berbagai standar keamanan internasional, termasuk ISO/IEC 27001, SOC 2 Type II, dan GDPR. SleekFlow memastikan bahwa sistem ini tidak menggunakan data pelanggan untuk melatih model AI. Selain itu, infrastruktur digital ini juga dilengkapi dengan pengamanan tambahan seperti access control, masking, serta whitelisting IP. Semua fitur ini dirancang untuk menjaga privasi dan memberi ketenangan bagi pengguna saat berinteraksi dengan AI.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us