BUSINESS

Pemilik Ritel Alfamart Target Buka 1.000 Gerai Lawson di 2023

Ekspasi gerai Lawson seiring pertumbuhan kelas menengah.

Pemilik Ritel Alfamart Target Buka 1.000 Gerai Lawson di 2023Gerai waralaba Lawson di Indonesia
15 December 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - PT Sumber Alfaria Trijaya (AMRT), pemilik minimarket Alfamart semakin agresif mengembangkan bisnis retailnya di dalam negeri. Perusahaan menyatakan bakal menambah 1.000 gerai Lawson pada 2023 seiring besarnya pertumbuhan kelas menengah.

Sumber Alfaria Trijaya membuka gerai Lawson pertamanya di Indonesia pada 2011 melalui kemitraan dengan perusahaan Jepang, Mitsubishi Corp. Per November, sedikitnya sudah ada sekitar 140 gerai ini di Indonesia. Jumlah tersebut naik 50 persen dari Agustus 2022.

Menenurut Pendiri Sumber Alfaria Trijaya, Djoko Susanto pertumbuhan tersebut baru saja dimulai. "Kami merencanakan setidaknya ... 500 toko per tahun selama lima tahun ke depan," kata Djoko dilansir dari Nikkei Asia, Rabu (14/12). 

Menurut perwakilan Mitsubishi, oden telah menjadi salah satu item makanan paling populer di Lawson di Indonesia setelah video orang makan sup musim dingin tradisional Jepang–dengan bahan seperti bakso ikan, tahu goreng, telur rebus, dan sayuran, semuanya direbus dalam kaldu berbahan dasar kecap– menjadi viral di media sosial.

Meningkatnya jumlah orang Indonesia yang bepergian ke Jepang sebelum pandemi juga membantu pertumbuhan rantai toko swalayan. 

Maka dari itu, Grup perusahaan akan mempercepat pembukaan Lawsons di kota-kota besar yang jumlah penduduk kelas menengahnya terus meningkat.

"Ekonomi Indonesia membaik. Kami berharap, Jepang memberikan pengetahuan, misalnya cara memasak kue, onigiri (bola nasi)," katanya. 

Terintegrasi dengan gerai Alfamart

Menurutnya, konsumen yang biasa berbelanja di kios tradisional atau warung yang menjual kebutuhan sehari-hari sudah mulai pergi ke minimarket seperti Lawson seiring meningkatnya kelas menengah.

Selain gerai yang berdiri sendiri, perusahaan berencana membuka cabang Lawson di dalam gerai Alfamart.

“Kita bisa mengembangkannya bersama-sama,” katanya.

Menurutnya, konsep tersebut tidak akan saling mengkanibalisasi karena sejatinya kedua jenis toko tersebut masing-masing memiliki perbedaan.

"Lawson lebih merupakan toko yang nyaman,siap makan, siap minum," katanya. Banyak makanan cepat saji yang kami beli, seperti onigiri, oden. Alfamidi dan Alfamart lebih dari toko kelontong–kebutuhan sehari-hari. Itu bedanya."

Saat ini, 60-70 persen barang yang dijual di Lawson merupakan produk minuman dan makanan siap saji. Di Alfamart, karena keterbatasan tempat, hanya sekitar 5 persen produk siap santap.

Karenanya, ia pun yakin Lawson akan berkembang. Selain meningkatnya pendapatan masyarakat untuk dapat dibelanjakan, kata dia, semakin banyak masyarakat Indonesia yang menjalani gaya hidup sibuk. “Masyarakat berbondong-bondong, cari makan yang praktis…makan di kantor, bukannya masak di rumah,” ujarnya.

Masa depan bisnis ritel offline

Meski marak layanan belanja dan delivery online di Indonesia, Sumber Alfaria Trijaya optimistis bisnis retail offline memiliki masa depan.

Tak dipungkiri, perkembangan digital menawarkan hal yang lebih praktis, efisien, orang kadang malas keluar rumah. Tapi kebanyakan orang Indonesia, mereka ingin melihat barangnya, mereka ingin melihatnya secara fisik. 

Atas dasar ini, menurutnya perussahaan tidak berhenti membuka toko fisik baru,  karena populasi penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta orang. "Luar biasa, terutama dengan PDB naik, Anda akan mendapatkan lebih banyak pendapatan dan Anda akan menghabiskan lebih banyak uang," ujarnya. 

Sumber Alfaria sebelumnya mengakuisisi saham Bank Aladin senilai Rp500 miliar  (US$32 juta), karena perusahaan teknologi Indonesia seperti GoTo, yang dibentuk oleh penggabungan Gojek dan e-commerce  Tokopedia, dan Blibli semakin agresif membangun ekosistem digital.

Oleh karenanya, ia menilai perusahaan perlu menjajaki peluang, termasuk dalam di sektor pembayaran. "Fokus bisnis kami tetap pada ritel," ujarnya.

Djoko Susanto mulai mengelola kios orang tuanya di Jakarta ketika dia berusia 17 tahun. Pada 1989, dia memulai bisnis supermarket sebelum meluncurkan Alfamart pada tahun 1999. Menurut peringkat kekayaan tahun 2022 oleh Forbes, kekayaan Djoko Susanto mencapai US$4,1 miliar, menjadikannya orang terkaya ke-10 di Indonesia.

Sepanjang Januari-September 2022, Sumber Alfaria Trijaya membukukan pendapatan bersih Rp72,1 triliun, naik 14,1persen dari periode yang sama tahun lalu. Sedangkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik meningkat sebesar 58 persen menjadi Rp1,7 triliun. 

Ia optimistis dengan rencana pemerintah memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan akan beri dampak positif terhadap bisnis perusahaan lantaran potensi di luar Jawa cukup besar.

Ia menambahkan, 40 persen pembukaan gerai baru Alfamart akan berada di wilayah timur negara seperti Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

Sedangkan untuk pasar luar negeri, perusahaan berencana menambah 500 gerai Alfamart setiap tahunnya di Filipina, yang didirikan pada 2014 melalui joint venture dengan konglomerat Filipina SM Investments.

“Kami berharap pada tahun 2024, kami dapat memiliki 2.000 toko di Filipina," ujarnya.

Hingga kini, perusahaan telah mengoperasikan 1.400 gerai di Filipina. 

Related Topics