Jakarta, FORTUNE - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) berharap Danantara Indonesia dapat mengucurkan pendanaan sekitar US$192 juta untuk mendukung proyek hilirisasi bauksit menjadi alumina terutama dalam pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase I dan Fase II di Mempawah, Kalimantan Barat.
Nilai tersebut merupakan porsi investasi yang dibutuhkan dari sisi ekuitas jika Danantara mengambil bagian sekitar 15 persen dari total saham proyek tersebut.
Direktur Utama Inalum, Melati Sarnita, menjelaskan struktur pendanaan proyek SGAR dirancang menggunakan skema project financing, dengan komposisi pembiayaan 60 persen utang dan 40 persen ekuitas.
“Sebetulnya majority itu masih di Inalum,” kata Melati dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR-RI, Kamis (20/11).
Inalum menggunakan teknologi asal Cina karena dinilai paling efektif dan kompetitif. Namun, keterlibatan mereka dibatasi hanya 5–10 persen saham sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kinerja teknologi sepanjang umur proyek.
Dalam proyek SGAR fase II yang berkapasitas 600.000 ton, pihaknya meminta penyedia teknologi ikut sebagai pemegang saham minoritas agar transfer teknologi berjalan efektif.
“Kami ingin teknologi terbaru, bukan teknologi 50 tahun lalu. Kalau ada risiko, mereka harus ikut bertanggung jawab,” kata Melati.
Inalum juga sedang menjajaki kerja sama dengan sejumlah investor global dari luar Cina. Strateginya adalah menggandeng mitra yang tidak hanya menyuntikkan modal, tetapi juga bersedia menyerap sebagian produk, untuk mengurangi risiko pendapatan akibat volatilitas pasar dan kebijakan pemerintah.