Danantara Kebut Transformasi Krakatau Steel dan Garuda Indonesia

- Transformasi Garuda dan Krakatau dipercepat demi memperkuat fondasi industri dasar dan konektivitas nasional.
- Garuda berfokus pada proses return to service (RTS) untuk mengatasi tekanan signifikan pada arus kas perusahaan.
- Penggabungan Pelita Air ke dalam Garuda Group dinilai penting.
Jakarta, FORTUNE - Danantara Asset Management menegaskan percepatan transformasi dua BUMN strategis—Garuda Indonesia dan Krakatau Steel—merupakan salah satu upaya memperkuat fondasi industri dasar dan konektivitas nasional.
Managing Director Business-3 Danantara Asset Management, Febriany Eddy, menjelaskan masing-masing perusahaan membutuhkan langkah pemulihan terukur, disiplin, dan berorientasi jangka panjang.
Pada sektor aviasi, fokus utama pemulihan Garuda adalah proses return to service (RTS) demi memastikan kesiapan dan stabilitas layanan penerbangan. Banyaknya pesawat yang masih grounded dan tertahan untuk menjalani perawatan telah menciptakan tekanan signifikan pada arus kas perusahaan.
“Ketika pesawat grounded, tidak ada revenue. Sementara, fixed cost terus berjalan. Semakin lama [terjadi] penundaan, semakin besar pula lubang yang harus ditutup. Karena itu, tahap pertama transformasi adalah memastikan Garuda, termasuk Citilink, dapat segera menjalani maintenance yang diperlukan agar kembali memenuhi syarat untuk terbang,” kata Febriany dalam keterangannya yang dikutip Selasa (18/11).
Transformasi Garuda dilakukan melalui empat pilar utama: peningkatan kualitas layanan pelanggan, pengembangan model bisnis yang adaptif, penguatan operasional berbasis keselamatan dan keandalan, serta modernisasi teknologi untuk mendukung efisiensi.
Ia menegaskan dukungan Danantara bersifat penuh, tetapi tetap mensyaratkan kedisiplinan eksekusi.
“Komitmen penuh dari Danantara bukan free lunch. Kami bersama manajemen akan mengawal seluruh proses hingga tuntas,” kata Febriany.
Sementara itu, Krakatau Steel menjadi fokus lain mengingat perannya yang vital dalam rantai pasok industri nasional. Kebutuhan baja domestik dan regional diprediksi meningkat sejalan dengan ekspansi sektor konstruksi, transportasi, dan manufaktur.
“Pertumbuhan industri baja selalu selaras dengan pertumbuhan ekonomi. Industri ini bersifat jangka panjang—10 hingga 15 tahun. You invest for tomorrow, not today. Namun hari ini industrinya tetap harus efisien dan efektif,” ujarnya.
Danantara saat ini tengah mengevaluasi opsi pengembangan Krakatau Steel, mulai dari pemulihan operasi, optimalisasi aset, hingga peluang kolaborasi teknologi. Seluruh langkah disusun dengan pendekatan kehati-hatian untuk menjaga keberlanjutan industri baja nasional.
Wacana penggabungan Pelita dan Garuda
Pada sektor aviasi nasional yang lebih luas, Febriany juga menyoroti integrasi Pelita Air ke dalam Garuda Group sebagai strategi menyelaraskan ekosistem penerbangan. Integrasi ini dinilai penting demi memperjelas segmentasi layanan, memperkuat pengelolaan armada, dan memastikan konsistensi pelayanan publik.
Secara portofolio, penyederhanaan struktur BUMN menjadi bagian dari strategi panjang Danantara meningkatkan fokus usaha, efisiensi, dan daya saing. Kemitraan strategis tidak lagi dipandang semata sebagai akses modal, tetapi juga sebagai pintu masuk teknologi, pasar baru, dan kapabilitas tambahan.
Dia menegaskan seluruh proses transformasi pada sektor strategis akan dijalankan secara hati-hati, berbasis analisis, dan menyasar keberlanjutan jangka panjang. Garuda dan Krakatau diposisikan sebagai simpul penting dalam memperkuat konektivitas dan industri dasar Indonesia, sementara penataan portofolio BUMN diarahkan agar semakin efektif, kompetitif, dan memberi nilai nyata bagi masyarakat.

















