BUSINESS

Gencar Tambah Modal, Chandra Asri Tawarkan Obligasi Rp1 Triliun

Chandra Asri menambah modal untuk ekspansi pabrik baru.

Gencar Tambah Modal, Chandra Asri Tawarkan Obligasi Rp1 TriliunIlustrasi pabrik petrokimia. Shutterstock/PPJF
14 October 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Emiten sektor petrokimia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, terus gencar melakukan aksi korporasi terutama untuk memperkuat permodalan. Setelah melakukan rights issue, perusahaan tersebut berencana menawarkan surat utang atau obligasi perseroan berkelanjutan III Tahap IV-2021 mencapai Rp1 triliun.

Berdasarkan keterbukaan Informasi Chandra Asri kepada Bursa Efek Indonesia Senin (11/10), perusahaan ini menawarkan obligasi dalam tiga seri: seri A, B, dan C. Masing-masing obligasi yang ditawarkan ini sebesar 100 persen dari jumlah pokok obligasi.

Perusahaan yang dikenal dengan kode emiten TPIA ini menawarkan obligasi seri A yang jumlah pokoknya sebesar Rp266,95 miliar dengan tenor lima tahun dan tingkat bunga tetap 7,20 persen per tahun. Sedangkan, seri B ditawarkan dengan nilai pokok Rp581,50 miliar, tenor 7 tahun, dan tingkat bunga tetap 8,20 persen per tahun. Sementara perseroan menawarkan obligasi seri C dengan nilai pokok Rp151,55 miliar, tingkat bunga tetap 9 tahun, dan tenor 10 tahun.

“Dana bersih yang diperoleh perseroan dari hasil obligasi ini, setelah dikurangi komisi-komisi, biaya-biaya, dan pengeluaran-pengeluaran akan digunakan seluruhnya untuk keperluan modal kerja,” demikian pernyataan manajemen Chandra Asri.

Sebagai informasi, Chandra Asri dalam laporan keuangannya menyebutkan bahwa mereka bergerak dalam bidang industri pengolahan, perdagangan besar, dan aktivitas konsultasi manajemen. Perusahaan ini tercatat memiliki satu unit operasional pabrik di Serang, Banten. Chandra Asri merupakan anak usaha dari PT Barito Pacific Tbk.

Rights issue dan fasilitas pendanaan dari BNI

Sebelum menawarkan obligasi, Chandra Asri juga telah memperkuat permodalan melalui mekanisme rights issue. Perusahaan ini pada Rabu (15/9) berhasil menghimpun dana rights issue mencapai Rp15,5 triliun. Perseroan menyebut, ini merupakan salah satu right issue terbesar yang pernah terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tak hanya itu, perusahaaan juga berhasil memperkuat permodalan dengan mendapatkan fasilitas pembiayaan dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, BNI memberikan fasilitas pembiayaan dengan skema term loan US$250 juta atau setara Rp3,5 triliun.

Manajemen TPIA dalam keterangan Public Expose Tahunan yang disampaikan kepada BEI mengatakan berbagai pendanaan yang telah diperoleh perusahaan tersebut sudah memiliki peruntukannya masing-masing. Perusahaan menyebutkan, pendanaan ini akan digunakan baik untuk membantu kegiatan operasional kompleks pabrik yang sekarang maupun untuk keperluan pembangunan kompleks pabrik yang kedua atau CAP 2.

“Selanjutnya, yang harus kami pastikan bahwa seluruh dana yang diperoleh teralokasikan secara baik dan prudent serta memiliki nilai tambah,” demikian keterangan perusahaan.

Berdasarkan keterangan manajemen TPIA, investasi di CAP 2 diproyeksikan akan memakan biaya US$5 miliar. Pembangunan proyek ini diperkirakan akan memakan waktu 4 sampai 5 tahun.

Perseroan menyebutkan, investasi pabrik baru ini akan menggandakan kapasitas produksi perusahaan, dari saat ini 4,2 juta ton per tahun, menjadi lebih dari 8 juta ton per tahun. Hal ini juga akan membantu memenuhi permintaan domestik Indonesia yang terus meningkat, mengurangi ketergantungan impor, dan mengembangkan industri hilir petrokimia lokal.

Kinerja Chandra Asri terbaru

Lembaga pemeringkat internasional berbasis di New York, Fitch Ratings, sebelumnya menyatakan rencana TPIA untuk mengumpulkan dana dari rights issue diharapkan akan mendukung rencana investasi tersebut. Menurut Fitch Ratings, potensi dana dari penerbitan modal itu akan mendukung peringkat utang perusahaan lantaran waktu investasinya hingga lima tahun. Lembaga ini menyematkan peringkat utang Chandra Asri di posisi BB- stabil.

“Fitch mengharapkan dana yang terkumpul untuk membantu CAP mempertahankan metrik kredit yang memadai selama tahap awal konstruksi CAP2. Kami berharap CAP dapat mendanai sisa investasi dengan utang untuk tahap pengembangan selanjutnya,” demikian Fitch Ratings.

Berdasarkan catatan Fitch Ratings, Chandra Asri memiliki utang bersih US$128 juta pada akhir Juni 2021. Dengan kondisi tersebut, kata Fitch Ratings, operasi perusahaan ini sudah matang serta kebutuhan belanja modal menjadi minimal sehingga akan membantu perusahaan menghasilkan arus kas yang cukup selama pembangunan pabrik kedua. Fitch juga memperkirakan perusahaan akan terus mempertahankan utang bersih mendekati nol pada 2021 di tengah pendapatannya yang kuat.

Laporan keuangan terakhir Chandra Asri menunjukkan, perusahaan ini pada semester pertama tahun ini mampu meraup penjualan US$1,26 miliar. Angka ini tumbuh 50,4 persen secara tahunan dari sebelumnya US$839,28 juta.

Jika diperinci, perusahaan ini beroleh kenaikan pendapatan terutama dari penjualan lokal yang tumbuh 69,5 persen menjadi US$979 juta. Setelahnya, pendapatan dari ekspor juga meningkat 9,7 persen menjadi US$280,53 juta.

Chandra Asri di periode yang sama berhasil membukukan laba periode berjalan mencapai US$164,6 juta. Itu artinya perusahaan berbalik dari kondisi periode yang sama pada 2020 saat merugi US$39,89 juta.

Related Topics