Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Nvidia Dituding Langgar Aturan Cina, Berpotensi Terkena Denda Berat

VGA Nvidia (Unsplash.com/Andrey Matveev)
VGA Nvidia (Unsplash.com/Andrey Matveev)
Intinya sih...
  • Cina menuduh Nvidia melanggar undang-undang antimonopoli.
  • Nvidia berpotensi dikenai denda sebesar 1-10 persen dari penjualan tahunannya di Cina.
  • Perdagangan antara Cina dan AS semakin rumit karena pembatasan ekspor teknologi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok kembali memanas setelah regulator pasar Tiongkok (SAMR) mengumumkan temuan awal bahwa Nvidia telah melanggar undang-undang antimonopoli. Langkah ini berpotensi mengganggu perundingan dagang yang tengah berlangsung antara kedua negara dan dapat berujung pada denda miliaran dolar bagi raksasa chip tersebut.

SAMR menyatakan penyelidikan yang dibuka pada akhir tahun lalu terkait akuisisi Nvidia terhadap Mellanox menemukan adanya pelanggaran. Meski regulator tidak memerinci bentuk pelanggaran tersebut, Nvidia kini terancam denda sebesar 1 persen hingga 10 persen dari total penjualan tahunannya di Tiongkok, yang pada tahun fiskal lalu mencapai US$17 miliar (sekitar 13 persen dari total pendapatan global perusahaan).

Menanggapi tudingan ini, pihak Nvidia menyatakan akan bersikap kooperatif sambil menegaskan kepatuhannya terhadap hukum.

“Kami akan terus bekerja sama dengan semua instansi pemerintah terkait dalam mengevaluasi dampak pengendalian ekspor terhadap persaingan di pasar komersial,” demikian pernyataan juru bicara Nvidia, dikutip dari CNBC, Selasa (16/9).

Temuan SAMR ini muncul pada waktu yang genting, saat pejabat AS dan Tiongkok sedang melangsungkan pembicaraan di Madrid, Spanyol, untuk meredakan perang dagang.

Aksi Tiongkok ini dilihat sebagai balasan atas tekanan yang dilancarkan AS, yang baru-baru ini memasukkan dua produsen chip Tiongkok, GMC Semiconductor dan Jicun Semiconductor, ke dalam "Daftar Entitas" yang melarang mereka membeli teknologi dari AS.

Hubungan Nvidia dengan pasar Tiongkok memang bergejolak dalam beberapa bulan terakhir. Selain penyelidikan ini, produk chip AI canggih mereka, H20, juga sempat diblokir pengirimannya ke Tiongkok akibat pembatasan ekspor oleh pemerintah AS.

Sebelumnya, CEO Nvidia, Jensen Huang, secara terbuka meminta agar perusahaan AS diizinkan menjual produknya ke Tiongkok, mengingat potensi pasar AI di sana bisa mencapai US$50 miliar dalam beberapa tahun ke depan.

Meskipun Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang memimpin perundingan menyebut diskusi berjalan baik, langkah terbaru dari kedua belah pihak menunjukkan eskalasi ketegangan. Di tengah ketidakpastian ini, saham Nvidia di bursa AS ditutup turun tipis 0,04 persen pada perdagangan Senin (15/9).

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us

Latest in Business

See More

Soal Merger dengan Pelita Air, Garuda Indonesia: Masih Tahap Penjajakan

16 Sep 2025, 14:02 WIBBusiness