Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Unilever Gelontorkan Capex 2025 Sejumlah 3% dari Omzet

Direksi PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) usai paparan publik
Direksi PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) usai paparan publik (Dok. Unilever Indonesia)
Intinya sih...
  • Unilever Indonesia alokasi belanja modal sebesar 3% dari pendapatan.
  • Fokus investasi pada efisiensi operasional, pengurangan biaya, inovasi brand baru, dan saluran distribusi yang tepat.
  • Menerapkan strategi hedging untuk mengantisipasi dampak negatif pelemahan rupiah dan tarif Trump terhadap bisnis Unilever.

Jakarta, FORTUNE - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menetapkan sekitar 3 persen dari pendapatan sebagai anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini.

Presiden Direktur Unilever Indonesia Benjie Yap mengatakan alokasi belanjan modal akan difokuskan pada dua hal. Pertama, berinvestasi untuk mendorong efisiensi di Unilever Indonesia, khususnya dari sisi operasional dan juga mengurangi biaya.

"Kedua, kami berinvestasi pada capex untuk membangun atau menumbuhkan bisnis kami," ujar Benjie dalam virtual paparan kinerja Unilever, Kamis (24/4).

Oleh sebab itu, ia berharap penggunaan capex dapat dengan tepat digunakan sehingga mampu menggenjot penjualan dan produknya mencapai semua lapisan kalangan konsumen.

Untuk mengoptimalkan hal tersebut, Unilever juga bermaksud menciptakan inovasi untuk brand baru, serta memastikan penggunaan saluran distribusi yang tepat dan efektif agar bisa dijalankan secara optimal di pasar.

Pada kuartal 2025, Unilever mencatat pendapatan Rp 9,5 triliun. Angka ini turun dari Rp 10,07 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Di sisi lain, laba bersih perseroan tercatat Rp 1,2 triliun atau terkoreksi 14,6 persen dari Rp 1,4 triliun di tahun sebelumnya.

Strategi Genjot Bisnis Di tengah pelemahan rupiah

Kendati menggenjot pertumbuhan, UNVR selalu mewaspadai tantangan dari dalam maupun luar negeri. Kebijakan tarif Trump yang berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah serta meningkatkan eksposur terhadap fluktuasi harga bahan baku impor.

"Bahan kemasan dan exposure ini sangat terkait dengan kondisi global termasuk antara perubahan nilai tukar dolar dan euro. Jadi dampak besarnya pada bisnis kami," kata Benjie.

Untuk mengantisipasi dampak negatif dari kondisi ini, Unilever akan menerapkan strategi hedging atau lindung nilai guna menjaga stabilitas keuangan perusahaan. Benjie menegaskan, perusahaan juga terus memperkuat komunikasi dan kerja sama dengan para pemasok melalui perjanjian kontrak jangka panjang.

Maka dari itu Benjie tetap optimistis perusahaanya mampu mencetak pertumbuhan, sebab konsumen Utama Unilever adalah masyarakat Tanah Ai. Jadi meskipun ada tantangan dalam mengimpor bahan baku, namun dengan strategi penjualan yang benar dan didukung dana capex, ia yakin mampu menarik konsumen membeli produk Unilever.

"Memang bukannya sama sekali tidak terdampak dari perubahan tarif Amerika, namun kami sudah memiliki fondasi yang kuat untuk membatasi dampak tersebut. Dan mayoritas keuntungan kami juga bukan berasal dari Amerika Serikat," pungkas dia.

Share
Topics
Editorial Team
Ekarina .
EditorEkarina .
Follow Us