FINANCE

Pengamat Soroti Suntikan PMN ke 10 BUMN Sebagai Pemborosan

Kontribusi dividen dan pengajuan PMN dinilai tak sebanding.

Pengamat Soroti Suntikan PMN ke 10 BUMN Sebagai PemborosanKementerian BUMN. (Shutterstock/Wulandari)
06 July 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, menilai suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada 10 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mencapai Rp73,26 triliun sebagai pemborosan.

Kebijakan ini dianggap tak bijaksana di tengah ancaman pelebaran subsidi energi. “Tidak layak suntikan PMN sebesar itu ke BUMN, terlebih APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) sedang menghadapi pelebaran subsidi energi, biaya penyelenggaraan pemilu, dan naiknya beban belanja bunga utang serta belanja rutin tahun 2023,” kata Bhima kepada Fortune Indonesia, Rabu (6/7).

Menurut Bhima, peningkatan PMN ke BUMN akan menambah sempit ruang fiskal. Apalagi, kontribusi dividen BUMN ke negara dan jumlah PMN diterima tidak seimbang. Target dividen yang harus dipenuhi BUMN pada 2022 ini mencapai Rp39,7 triliun.

“BUMN berkontribusi ke negara dalam bentuk dividen hanya sekitar Rp41 triliun (tahun buku 2021), sementara minta PMN sampai Rp73,26 triliun (tahun anggaran 2023). Ini tidak sebanding,” ujarnya.

Pentingnya seleksi BUMN yang layak dapat PMN

Gedung Kementerian BUMN, Jakarta.
Gedung Kementerian BUMN, Jakarta. (Shutterstock/Habibzain)

Bhima mengungkapkan, sejak awal pihaknya telah mengingatkan pemerintah untuk menyeleksi BUMN mana saja yang layak mendapatkan PMN. “Kalau BUMN sakit, bahkan sebelum pandemi leverage-nya sudah besar, operasional kurang efisien, IRR (Internal Rate of Return) dalam pengerjaan proyek kecil … ya untuk apa disuntik PMN terus?” ucapnya sembari menyindir pemerintah.

Beberapa BUMN yang terus disuntik, bahkan mengalami pembengkakan cost overrun. Hal ini disebabkan oleh kesalahan perencanaan. “Misalnya proyek kereta cepat jakarta-bandung, itu cost overrun terus. Nanti saat mulai beroperasi, dikhawatirkan terus minta PMN ke pemerintah, kan menjadi beban,” tuturnya.

Perkiraan BUMN yang berkinerja baik

Combat Management System (CMS) Mandhala buatan Len yang digelar di salah satu kapal perang TNI AL.
Combat Management System (CMS) Mandhala buatan Len yang digelar di salah satu kapal perang TNI AL. (Dok. PT LEN Industri)

Related Topics