FINANCE

BI Jelaskan Alasan Pelemahan Rupiah Bisa Berlangsung Lama

Pelemahan rupiah dinilai masih relatif lebih baik.

BI Jelaskan Alasan Pelemahan Rupiah Bisa Berlangsung LamaIlustrasi Bank Indonesia dalam Uang/Shutterstock E.S Nugraha

by Hendra Friana

02 November 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) jadi salah satu tantangan yang dihadapi pemerintah dalam mengelola perekonomian. Pasalnya, saat ini nilai tukar rupiah terhadap US$ sudah jauh di atas asumsi makro APBN 2022 yang di angka Rp14.350 per US$. Di akhir perdagangan Senin (1/11) rupiah ditutup melemah 30 poin di level Rp15.627 per US$.

Alasan pelemahan rupiah bisa berlangsung lama karena itu jadi menjadi hal yang penting diketahui agar pemerintah dapat mencari resep jitu untuk mengurangi dampaknya terhadap perekonomian. 

Meski demikian, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susanto mengatakan rupiah masih relatif lebih kuat dibandingkan mata uang negara-negara tetangga. 

Sebagai contoh, sepanjang September lalu, rupiah hanya melemah 2,53 persen, jauh lebih baik dibandingkan Ringgit Malaysia yang mencapai 3,5 persen; Peso Filipina yang sebesar 4,25 persen; Bath Thailand yang sebesar 3,36 persen; dan Won Korea yang bahkan mengalami kontraksi hingga 6,5 persen. 

"Dari aspek itu saya melihatnya blessing kita dalam situasi seperti ini, jadi mendukung hasil ekspor kita yang masih cukup kuat berkontribusi memberikan suplai di pasar membantu pelemahan rupiah kita," ujarnya.

Lantas apa saja alasan pelemahan rupiah bisa berlangsung lama?

Kenaikan Suku Bunga The Fed

Menurut Edi, kondisi yang menyebabkan pelemahan rupiah saat ini didasari oleh sentimen penguatan dolar AS. Penguatan tersebut tak hanya membuat rupiah melemah melainkan juga mata uang negara-negara utama maupun emerging market.

Sebagai gambaran, indeks dolar atau USDX yang masih di bawah 100--tepatnya di angka 97--pada April terus mengalami penguatan sampai di titik 114,7 pada September lalu. "Sekarang kurang lebih 110,89. Jadi ini yang sedang terjadi, karena pelaku pasar investor mencari safe haven di US$ cash," tuturnya.

Penguatan dolar ini disebabkan oleh faktor kenaikan suku bunga acuan AS/ Fed fund rate yang merepresentasikan suku bunga pinjaman harian antar bank di sana. Kenaikan FFR membuat tingkat pengembalian investasi pada aset-aset berdenominasi dolar AS menjadi semakin lebih menarik dan aman. Sebagai contoh, tingkat imbal hasil atau yield obligasi pemerintah AS, yang saat ini, untuk tenor 10 tahun sudah di atas 4 persen, atau tertinggi sejak krisis global 2008.

Karena itu, langkah agresif The Fed yang diperkirakan masih akan berlangsung bisa jadi alasan pelemahan rupiah bisa cukup panjang.

Inflasi

Inflasi di negara-negara maju seperti AS juga bisa menjadi alasan pelemahan
rupiah. Sebab, agresivitas The menaikkan suku bunga ditengarai inflasi yang tak kunjung beres sejak awal tahun ini. 

Memang, tingkat inflasi tahunan AS sudah melandai sejak Juni yang mencapai 9,1 persen menjadi 8,2 persen pada September. Namun level inflasi AS saat ini tetap tertinggi sejak era great inflation 1980-an. 

Salah satu penyebab inflasi di negeri Paman Sam tersebut adalah harga energi yang melambung. Bahkan, Presiden AS Joe Biden sampai mengancam menerapkan windfall tax kepada perusahaan minyak jika mereka tak segera membantu menurunkan harga BBM.