Imbas Demonstrasi, Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Masih Akan Tertekan

- Nilai tukar rupiah diprediksi masih tertekan akibat demonstrasi di Indonesia sejak 25 Agustus 2025.
- Aliran modal asing keluar Rp250 miliar di akhir Agustus 2025, tetapi ada pula aliran modal asing yang masuk dari pasar saham dan surat berharga negara.
- Rupiah diprediksi bergerak di level Rp16.490/US$ hingga Rp16.520/US$, dipengaruhi oleh sentimen dalam negeri, global, dan eskalasi ketegangan di Timur Tengah.
Jakarta, FORTUNE – Pergerakan nilai tukar rupiah pada hari ini (1/9) diprediksi masih tertekan imbas aksi demonstrasi yang terjadi di berbagai daerah sejak 25 Agustus 2025. Ketidakstabilan politik & keamanan dalam negeri ini dinilai akan memperburuk persepsi risiko investor asing terhadap pasar Indonesia.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia mencatat nilai tukar rupiah sempat melemah signifikan pada hari Jumat (29/8) di level Rp16.490 per dolar AS. Apalagi, Indeks Dolar AS (DXY) cenderung melemah di bawah level 98 pada Kamis & Jumat kemarin.
“Kami melihat bahwa pemulihan dan kepercayaan pasar dalam beberapa hari mendatang akan sangat ditentukan oleh seberapa cepat masalah sosial, politik, dan keamanan ditangani,” kata Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto dalam hasil analisa yang diterima Fortune Indonesia di Jakarta, (1/9).
Meski demikian, Mirae Asset Sekuritas memandang kondisi ekonomi Indonesia masih relatif stabil. Namun, jika kepercayaan investor tidak pulih, ketidakstabilan ekonomi jangka pendek dapat terjadi.
Aliran modal asing keluar Rp250 miliar di akhir Agustus 2025

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar atau mengalami capital outflow senilai Rp250 miliar di pasar nonresiden pada periode 25–28 Agustus 2025, bersamaan dengan aksi demonstrasi di Tanah Air.
Berdasarkan data transaksi bank sentral, arus modal asing keluar deras di instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) senilai Rp10,79 triliun. Namun, kondisi ini tertutup oleh aliran modal asing yang masuk atau capital inflow dari pasar saham sebesar Rp2,62 triliun dan surat berharga negara (SBN) sebesar Rp7,93 triliun.
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Junanto Herdiawan.
Rupiah diprediksi bergerak di level Rp16.490/US$ hingga Rp16.520/US$

Proyeksi yang sama juga disampaikan oleh Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi yang menilai rupiah masih dibayangi berbagai sentimen dalam negeri dan global. Dari sisi global, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada September 2025.
"Untuk perdagangan Senin, mata uang rupiah fluktuatif, tetapi berisiko ditutup melemah di rentang Rp16.490/US$ hingga Rp16.520/US$,” kata Ibrahim dalam hasil analisa yang dikutip di Jakarta, Senin (1/9).
Di sisi lain, eskalasi ketegangan di Timur Tengah terus membara setelah Israel kembali menyerang jalur gaza. Kebijakan ini diprediksi mendapat pertentangan dari berbagai negara dunia dan mengganggu pergerakan nilai tukar di berbagai negara termasuk Indonesia.
Seperti diketahui, berdasarkan data Bloomberg pada level 09:12 WIB, nilai tukar rupiah berada pada level Rp16.469/US$ atau masih menguat 30 poin. Sedangkan, indeks dolar terlihat stabil di level 97,77.