BCA, BNI, hingga BSI Salurkan Kredit Sindikasi ke Pusri
Kredit sindikasi diarahkan untuk revitalisasi pabrik Pusri.
Jakarta, FORTUNE - PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri) yang merupakan anak perusahaan dari PT Pupuk Indonesia (Persero) (Pupuk Indonesia) mendapatkan suntikan kredit sindikasi dari sejumlah perbankan seperti PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), hingga PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), dan bank lainnya.
Penyaluran kredit tersebut diarahkan untuk investasi pembangunan pabrik Pusri. Proyek ini merupakan upaya revitalisasi untuk mengganti pabrik pupuk Pusri III dan Pusri IV yang telah berusia lebih dari 40 tahun menjadi pabrik pupuk baru (Pusri III-B) guna meningkatkan efisiensi produksi perusahaan. Melalui upaya tersebut, sejumlah bank turut proaktif mendukung pemerintah dalam memperkuat ekosistem pangan nasional.
BCA salurkan Rp1 triliun untuk pembangunan pabrik Pusri
Dari total plafon maksimal yang disalurkan sejumlah bank senilai Rp9,32 triliun, BCA berpartisipasi menyediakan kredit sindikasi sebesar Rp1 triliun untuk mendukung proyek strategis ini. Dengan proyek ini, diharapkan produksi pupuk di Indonesia akan semakin meningkat dan memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan hasil pertanian.
Direktur BCA, Rudy Susanto menuturkan, pembangunan pabrik Pusri III-B merupakan langkah strategis yang diambil oleh Pusri untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing.
“Selain itu, proyek ini diwujudkan sebagai bagian penting dari kontribusi Pusri dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Kemitraan ini, yang berupa fasilitas kredit sindikasi, adalah bukti komitmen BCA untuk berperan aktif dalam pembangunan ekonomi dan industri nasional, serta menunjukkan kontribusi BCA dalam mengejar ketahanan pangan di Indonesia,” kata Rudy melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Senin (16/10).
Efisiensi energi yang dihasilkan oleh pabrik Pusri III-B juga sejalan dengan komitmen BCA untuk mendukung penerapan Keuangan Berkelanjutan dan roadmap pemerintah Indonesia untuk menuju ekonomi hijau.
BNI jadi lead arranger investasi Pusri
Sementara itu, BNI menjadi Joint Mandated Lead Arranger & Bookrunner (JMLAB) dan bertindak sebagai koordinator dalam pembentukan fasilitas kredit sindikasi untuk pendanaan proyek revitalisasi pabrik Pusri IIIB.
Setelah direvitalisasi nantinya, pabrik Pusri IIIB akan memanfaatkan teknologi produksi terbaru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan keandalan produksi pupuk. Pendanaan proyek revitalisasi pabrik ini dilakukan melalui mekanisme sindikasi yang terdiri dari total 8 bank yakni BUMN dan swasta.
Direktur Enterprise & Commercial Banking BNI, Sis Apik Wijayanto mengatakan, isu terkait ketahanan pangan harus diselesaikan secara komprehensif. Pemerintah bersama perusahaan milik negara dan swasta bersama-sama mencari potensi pengembangan agar produksi pangan dapat meningkat dari sisi kuantitas dan kualitas.
"Kami tentunya sangat bersyukur dapat berkontribusi positif melalui kerja sama ini. Kami harap langkah bersama ini mampu membantu penguatan ekosistem pangan nasional sekaligus memberikan peningkatan kinerja bagi Pusri dan seluruh mitranya," kata Sis Apik.
Sis Apik memaparkan, pabrik Pusri-IIIB akan dibangun di kompleks PT Pusri, di Palembang, dengan teknologi low energy yang dapat membantu menghemat konsumsi gas bumi serta ramah lingkungan. Dari sisi penggunaan energi, Pabrik Pusri IIIB akan lebih efisien karena rasio energi untuk memproduksi urea yaitu sebesar 21.97 MMBTU/ton sedangkan amonia 32.89 MMBTU/ton.
Proyek revitalisasi pabrik Pusri-IIIB akan memiliki dampak positif pada perekonomian daerah dan nasional, karena akan membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan daerah, serta membuka peluang ekonomi lainnya hingga ke level UMKM.
Kapasitas produksi Pabrik Pusri IIIB direncanakan sebesar 1.350 ton amonia per hari atau 445.500 ton per tahun dan untuk pupuk urea mencapai 2.750 ton per hari atau 907.500 ton per tahun. Dari sisi penggunaan energi, Pabrik Pusri IIIB lebih efisien karena rasio energi untuk memproduksi urea yaitu sebesar 21.97 MMBTU/ton sedangkan amonia 32.89 MMBTU/ton.
“Dengan kemampuan produksi Pusri tersebut, kami yakin produksi akan lebih kuat, dan seluruh mitra dapat tetap bersama-sama menjaga implementasi ekonomi berkelanjutan,” ujarnya.
BSI salurkan pembiayaan sindikasi Rp 900 miliar untuk Pusri-IIIB
Tak hanya bank konvesional, bank syariah seperti BSI juga menyalurkan pembiayaan sindikasi senilai Rp900 miliar untuk Pabrik Pusri-IIIB. Melalui pembiayaan tersebut, BSI berharap dapat memacu perekonomian, khususnya mendukung revitalisasi industri pupuk guna memperkuat ketahanan pangan nasional.
BSI menjadi satu-satunya bank syariah di Tanah Air yang memberikan pembiayaan dalam sindikasi PT Pupuk Sriwidjaja Palembang. Penyaluran pembiayaan sindikasi ini dilakukan dalam acara Pusri-IIIB Project Syndication Loan Agreement and EPC Contract Signing Ceremony.
Direktur Wholesale Transaction Banking BSI, Zaidan Novari mengatakan sindikasi ini merupakan bentuk nyata partisipasi BSI dalam menjamin ketersediaan pupuk di dalam negeri dan komitmen BSI untuk terus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, serta memberikan kebermanfaatan yang luas bagi stakeholders.
“Partisipasi kami dalam sindikasi pembiayaan untuk pabrik baru Pusri ini menjadi wujud nyata komitmen BSI untuk terus mendukung program pemerintah dalam mendorong pengembangan industri strategis, memperkuat ketahanan pangan, sehingga mengakselerasi pertumbuhan ekonomi,” ujar Zaidan.
Menurut Zaidan, pembangunan pabrik baru oleh Pusri dapat meningkatkan produksi pupuk non-subsidi, yang mana ini sesuai dengan arahan dari pemerintah. Dengan penyaluran pembiayaan sindikasi ini, BSI berharap dapat berperan aktif dalam peningkatan produksi pangan, holtikultura, dan perkebunan.
Seperti diketahui, industri pupuk merupakan salah satu sektor strategis yang dapat memacu perekonomian nasional. Pasalnya, industri pupuk berperan penting dalam mendorong peningkatan produksi sektor pertanian yang selanjutnya mendukung program ketahanan pangan nasional di masa datang.
Secara total, pembiayaan BSI per Juni 2023 mencapai Rp 221,91 triliun tumbuh 16 persen (yoy) dengan komposisi pembiayaan terbesar yakni segmen konsumer mencapai Rp 113,46 triliun dan pembiayaan korporat mencapai Rp 51,86 triliun.