FINANCE

Tak hanya di Indonesia, Ini Tiga Faktor Pendorong Pertumbuhan Paylater

Kesenjangan akses kredit yang tinggi jadi potensi bisnis.

Tak hanya di Indonesia, Ini Tiga Faktor Pendorong Pertumbuhan PaylaterKredivo. (ShutterStock/farzand01)
18 February 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Perkembangan industri paylater diprediksi akan terus meningkat baik di skala nasional, Asia Tenggara hingga global.  

Pada Asia Tenggara, terutama di Singapura, India, dan Filipina, paylater telah menguasai setidaknya 3 persen dari market share transaksi di e-commerce. Sementara itu secara global, pertumbuhan industri paylater juga diprediksi meningkat hingga 2 kali lipat pada periode 2020 hingga 2024. 

Di Indonesia sendiri, berdasarkan Riset Perilaku Konsumen E-Commerce Report 2021 mengungkapkan, pengguna paylater di Indonesia meningkat selama pandemi. Di mana 55 persen dari konsumen menyatakan pernah menggunakan paylater atau baru menggunakannya saat pandemi. 

Sebagai pelaku paylater di Indonesia, Kredivo juga melihat potensi pengembangan industri yang terus tumbuh menjadi primadona di tengah tren transaksi digital saat ini. 

"Kebutuhan masyarakat akan opsi metode pembayaran fleksibel di tengah rendahnya penetrasi kartu kredit di Indonesia masih menjadi faktor utama bagi pertumbuhan industri ini,” ungkap Lily Suriani, General Manager Kredivo melalui keterangan resminya di Jakarta, Kamis (17/2). 

Tidak hanya berhenti pada adanya kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap opsi pembayaran alternatif, potensi pengembangan industri paylater juga dilihat sebagai strategi yang efektif dalam menjangkau masyarakat underbanked yang jumlahnya masih tinggi di Indonesia. 

Tercatat, hanya sekitar 26 persen atau 47 juta jiwa dari total populasi penduduk dewasa di Indonesia telah memiliki rekening bank. Namun dari data tersebut masih ada yang menghadapi keterbatasan akses ke layanan keuangan konvensional di ranah pembiayaan konsumen seperti kartu kredit dan KTA. 

Kredivo pun menilai, terdapat tiga faktor lainnya pendorong industri paylater ke depan di Indonesia maupun global. 

Kesenjangan akses kredit yang masih tinggi

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), hingga September 2021, jumlah kartu kredit di Indonesia mencapai 16,5 juta pada atau mengalami penurunan 6 persen dari jumlah tertinggi 17,5 juta di bulan Februari 2019. 

Dengan begitu, Lily menyatakan bahwa secara keseluruhan penetrasi kartu kredit di Indonesia hanya mencapai 6 persen dari total populasi. Kesenjangan tersebut dinilai akan mendorong penerapan bisnis paylater.

"Hal ini membawa peluang komersial tinggi bagi digital payment termasuk paylater, terlebih dengan percepatan adopsi digital yang terus meningkat signifikan karena pandemi," kata Lily. 

Bahkan, menurutnya kartu kredit merupakan metode pembayaran yang paling sedikit diminati oleh konsumen saat bertransaksi di e-commerce, yaitu kurang dari 5 persen. 

Paylater dinilai memberi nilai tambah bagi merchant

Lily menjelaskan, sejak awal kehadiran paylater dirancang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dari sisi konsumen, namun juga memberikan nilai tambah para merchant dari sisi transaksi dan jangkauan pasar. 

Lily menyebut, melalui integrasi dengan paylater, para merchant Kredivo mampu mengalami peningkatan transaksi. "Setidaknya mendorong 3 persen hingga 4 persen dari GMV merchant e-commerce teratas," kata Lily. 

Selain itu, dari sisi Cart Conversion Rate atau persentase pembelian berdasarkan jumlah barang yang disimpan pelanggan di keranjang belanja, memungkinkan merchant yang telah melakukan integrasi dengan paylater memiliki Cart Conversion Rate 50 persen lebih tinggi selama checkout.  

Related Topics