FINANCE

Kredit Mengalir Deras, Permodalan Bank Masih Tetap Kuat 

Loan at risk perbankan membaik di level 18,29%.

Kredit Mengalir Deras, Permodalan Bank Masih Tetap Kuat Ilustrasi Perbankan/ Achmad Bedoel
22 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit perbankan mengalir deras hingga Rp5.981 triliun atau tumbuh 9,10 persen secara year on year (yoy) pada April 2022. Namun demikian, derasnya aliran kredit juga dibarengi dengan terjaganya risiko kredit dan permodalan perbankan. 

Hal tersebut disampaikan Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK Teguh Supangkat saat Webinar Banking Outlook 2022. Menurutnya, risiko kredit masih dalam kondisi normal dengan Non Performing Loan (NPL) gross di level 3 persen atau membaik bila dibandingkan dengan tahun 2021 yang sempat mencapai 3,06 persen. 

"Perbankan hingga di bulan April 2022 memberikan sinyal positif atas kesiapan industri perbankan dalam menghadapi kebijakan normalisasi," kata Teguh melalui konfrensi video di Jakarta, Rabu (22/6). 

Loan at risk bank menurun di level 18,29%

Sementara itu, indikator lain yang mencerminkan terjaganya risiko kredit perbankan bisa dilihat dari level Loan at Risk (LAR) perbankan yang mengalami penurunan menjadi 18,29 persen pada April 2022. 

Level tersebut lebih baik bila dibandingkan pada level Desember 2021 yang sebesar 19,48 persen serta Desember 2020 sempat mencapai 23,38 persen. 

"Angka tersebut kita lihat menurun dari level tertinggi yang terjadi pada bulan Desember 2020," kata Teguh. 

Permodalan bank semakin tebal

Sementara itu, Teguh menyebut permodalan bank masih sangat kuat dengan indikator rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang kuat di level 23,38 persen per April 2022. 

"Kita lihat bahwa permodalan bank terus mengalami peningkatan dalam 2 tahun terakhir yaitu pada bulan April 2022 ini CAR industri perbankan di level 24,32 persen jauh berada di atas posisi Desember 2020 yang sebesar 23,81 persen," jels Teguh. 

Dari rasio tersebut lanjut Teguh, bank masih memungkinkan untuk mengalirkan kredit lebih kuat lagi. Dengan demikian, perbankan bisa turut mendorong pemulihan ekonomi nasional.

Related Topics