BKPM Sebut Pertumbuhan Ekonomi 2021 Sulit Mencapai 5%
Tahun ini pertumbuhan ekonomi diprediksi 4,3%.
Jakarta, FORTUNE – Optimis tetapi tetap realistis; kalimat itu tepat untuk menggambarkan pandangan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir 2021.
Meski tren perbaikan ekonomi sudah berlangsung sejak akhir 2020, menurut Bahlil, sedikit sulit bagi Indonesia meraih pertumbuhan ekonomi 5 persen pada akhir tahun ini. “Kami (Kementerian Investasi) tak yakin pertumbuhan ekonomi pada akhir 2021 tumbuhnya di 5 persen, agak berat,” ujar Bahlil, dikutip IDN Times, Selasa (28/9).
Namun dia optimis pertumbuhan ekonomi nasional akan mencapai 4 persen, bahkan menyentuh 4,3 persen. Sebab, menurutnya, sudah mulai ada kekompakan di antara pihaknya dan tim ekonomi saat ini.
1. Strategi Genjot Ekonomi Nasional
Sekali mendayung dua hingga tiga pulau terlampaui, itulah yang pemerintah coba lakukan melalui strategi penanganan Covid-19, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertanyaannya, apa taktik yang mereka gunakan?
Bahlil menyebut, pemerintah mengaplikasikan strategi menjaga keseimbangan gas (pemulihan ekonomi) dan rem (penanganan kesehatan). “Remnya bagaimana mengatasi pandemi, (sedangkan) gasnya itu bagaimana enggak bisa membiarkan ekonomi terpuruk?” ujarnya.
Dalam kata lain, strategi pemulihan ekonomi nasional bersifat adaptif, bergantung pada kondisi. Oleh karena itu, strateginya pun dinamis.
Dia pun mengatakan, “ini posisi yang sulit. Hampir seluruh dunia dan tak ada satu pun referensi buku serta kampus mana pun bagi kami dalam menjalankan negara di tengah pandemi.”
2. Kondisi Ekonomi ‘Cukup Baik’ Ketimbang Negara Asia Tenggara Lain
Covid-19 telah menetap di Indonesia selama hampir dua tahun. Sepanjang periode itu, Tanah Air telah dihantam oleh dua gelombang wabah itu. Akan tetapi, bagi Bahlil, kondisi negara ini cukup baik ketimbang negara Asia Tenggara lain.
“Pada kuartal IV, pertumbuhan ekonomi pada 2020 minus hampir 3 persen. Pada kuartal I 2021, 0,75 persen. (Lalu) pada kuartal II membaik menjadi 7,07 persen. Kemudian kita dihantam lagi oleh Covid-19 gelombang kedua, lebih dahsyat daripada gelombang pertama,” jelasnya.
Sebagai tambahan, menurut data Asian Development Outlook pada April 2021, pertumbuhan ekonomi nasional 2020 cenderung lebih baik ketimbang rerata pertumbuhan ekonomi negara Asia Tenggara (minus 4,0 persen). Sementara, kontraksi ekonomi Indonesia pada 2020 hanya minus 2,07 persen.
Mengutip laman resmi Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Menteri Keuangan Sri Mulyani pada Kamis (15/7) berkata, “Itu menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kemampuan menjaga dampak pandemi pada perekonomian pada level moderat.”
3. Investasi Tetap Terjaga Walau Dihajar Gelombang Kedua COVID-19
Bahlil menyatakan, investasi di Indonesia tak menurun signifikan walau dihajar oleh gelombang kedua Covid-19. Menurutnya, investasi domestik sempat melandai, sebelum kembali naik secara perlahan.
Mengacu pada data BKPM, sejak Januari-Juni 2021, kinerja realisasi investasi Tanah Air mencapai Rp442,8 triliun, setara dengan 49,2 persen dari target Rp900 triliun pada akhir 2021. Pencapaian itu terdiri atas PMA (Penanaman Modal Asing) Rp228,5 triliun dan PMDN (Penanaman Modal dalam Negeri) Rp214,3 triliun.
Dengan kinerja itu, terseraplah 623.715 tenaga kerja domestik. “Penciptaan lapangan pekerjaan informal betul-betul terdampak. Tapi, kita dorong UMKM tetap bertahan. Tulang punggung kita UMKM. Berdasarkan data BPS kuartal II, pertumbuhan ekonomi itu 7,07 persen; kontribusi terbesar konsumsi. Selain belanja pemerintah, UMKM yang masif, kedua adalah investasi,” paparnya.