Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama PT Timah Tbk (TINS) Ahmad Dani Virsal membeberkan penyebab perusahaannya rugi sebesar Rp450 miliar sepanjang 2023, berbalik dari laba sebesar Rp1,04 triliun yang dibukukan di tahun sebelumnya.
Menurutnya, kerugian tersebut dipicu menurunnya harga timah akibat oversupply atau kelebihan pasokan di pasar dunia—salah satunya akibat peningkatan suplai dari Malaysia. Di sisi lain, volume produksi perusahaan sepanjang tahun lalu juga mengalami penurunan.
Akibatnya, pendapatan perusahaan dari sektor timah anjlok sekitar 33 persen. “(volume) produksi menurun, ditambah parah lagi harga jual timah juga menurun, sehingga pendapatan itu jomplang, jauh sekali. Harga jual menurun itu karena di pasar dunia itu oversupply,” ujar Ahmad dalam rapat di VI DPR RI, Selasa (2/4) lalu.
Sebagai informasi, produksi bijih timah TINS sepanjang tahun lalu merosot 26 persen dari 20.079 ton menjadi 14.855 ton (74 persen dari rencana kerja/RKAP), sementara produksi logam timah turun 22,62 persen dari 19.825 metrik ton menjadi 15.340 metrik ton (77 persen dari RKAP).
Sementara itu, penjualan logam timah anjlok 30,86 persen dari 20.805 metrik ton menjadi 14.385 metrik ton (69 persen dari RKAP). Adapun harga jual rerata logam timah sepanjang 2023 tercatat sebesar US$26.583 per metrik ton atau turun 18,40 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar US$31.474 per metrik ton.
Sampai dengan akhir tahun 2023, penjualan TINS masih didominasi pasar ekspor dengan komposisi mencapai 92 persen. Tercatat, ada enam negara negara yang menjadi tujuan ekspor PT Timah,bmeliputi Jepang 17 persen; Korea Selatan 13 persen Belanda 11 persen; India 9 persen; Taiwan 9 persen dan Amerika Serikat 8 persen.