Jakarta, FORTUNE - Modus brand impersonation kembali marak di dunia pasar modal. Kali ini, beberapa nama sekuritas dicatut oleh para komplotan penipu, sehingga menodai citra berbagai pihak: para anggota bursa, investor, hingga regulator.
Jika biasanya media day dengan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia (MASI) dibuka dengan pemaparan prospek pasar saham, kondisi ekonomi makro, ataupun inovasi produk perusahaan, maka sesi medio Oktober 2024 agak berbeda. Head of Retail Business Market Development Mirae, Prisa Ngadianto, memulainya dengan laporan penipuan investasi yang mencatut nama Mirae.
Mirae menerima informasi ihwal kasus itu melalui saluran pengaduan perusahaan. Kira-kira ada 210 laporan yang mereka terima secara daring. Itu belum termasuk 4–5 laporan di tiap cabangnya—Mirae punya 25 kantor cabang di Indonesia.
Berdasarkan laporan, para korban dikontak oleh pihak-pihak yang berpura-pura menjadi analis, senior partner, dan kepala tim Mirae Asset Sekuritas Global sejak Juli 2024. Modusnya, meminta dukungan berupa vote karena mereka mengeklaim sedang berkompetisi di ajang trading saham global. Pesan-pesan itu dikirimkan melalui WhatsApp.
Bahkan, ada pelaku yang mengaku sebagai Direktur Mirae, Arisandhi Indrodwisatio. Berdasarkan tangkapan layar yang Fortune Indonesia lihat (17/10/2024), pelaku mencatut nama ‘Arisandhi I’ dan mengirim pesan berbunyi, “Selamat sore. Barusan Pak Shim [CEO Mirae, Tae Yong Shim] hubungi saya, udah dihubungi blum? Segera follow up."
Setelah itu, korban diundang bergabung ke dalam grup WhatsApp. Selain meminta dukungan, para pelaku pun rutin memberi rekomendasi saham jangka pendek. Profit yang dijanjikan cukup besar, sehingga korban lama-lama terbuai. Dari situ, mereka kemudian diminta melakukan investasi melalui ‘MSAWM’, aplikasi bodong yang didesain agar mirip dengan platform Mirae di Indonesia.
Prisa mengatakan, oknum meminta para korban menyetorkan uang ke RDN yang mengatasnamakan PT Mirae Global App di salah satu bank. Ini janggal, sebab, “Biasanya kan RDN atas nama pribadi investor, tapi ini anehnya atas nama perusahaan,” kata Prisa. Ia juga menjelaskan bahwa bahasa yang digunakan oleh oknum di grup tampak kaku, seperti hasil terjemahan.
Sebagai tindak lanjut, Mirae pun menggencarkan konten edukasi nasabah mengenai modus penipuan yang termasuk dalam skema impersonation itu. Tak hanya itu, Mirae juga melaporkan kasus ini ke penegak hukum. Fortune Indonesia mencoba menanyakan kelanjutan kasus ini kepada Arisandhi (12/11/2024) di Pacific Place, Jakarta, tetapi ia menolak berkomentar.