IHSG Babak Belur dan Dana Asing Kabur, BEI Mau Kumpulkan Pelaku Pasar

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada kurun 21-27 Februari 2025 merosot 4,67 persen secara mingguan. Pada perdagangan kemarin (28/2), IHSG anjlok 214,85 poin (3,31 persen) ke level 6.270,59.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, mengatakan otoritas bursa akan bertemu dengan para pelaku pasar demi menanggapi hal tersebut. Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk mengambil tindakan yang penting demi merespons zona merah yang terjadi pada pasar saham dalam sepekan belakangan.
“Dari [pertemuan itu], baru kita bisa memutuskan dengan lebih tepat,” ujar Jeffrey di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (28/2).
Jeffrey mengatakan jika terdapat suatu kondisi yang tidak biasa, BEI biasanya memang akan mengambil tindakan. Ia mencontohkan pada masa pandemi COVID-19, BEI memutuskan tidak memberlakukan transaksi short selling.
Menurutnya, penerapan short selling dalam kondisi semacam ini berpotensi ditunda, walau penerapannya masih akan tetap bergantung pada hasil diskusi.
“Kami dan bursa tentu sangat terbuka untuk itu, untuk memberikan support kepada pasar kita saat ini,” katanya.
Pada kesempatan sama, Direktur Utama BEI, Iman Rachman, berharap persepsi dan optimisme pasar terhadap saham Indonesia dapat segera meningkat. Sebelumnya, ia mengungkap tiga isu yang berpengaruh pada pergerakan IHSG, yaitu global, domestik, hingga korporasi.
Dari sisi global, perang tarif Amerika Serikat sebagai pengaruh dari kebijakan Trump Jilid Kedua dan kebijakan Fed yang diprediksi hanya akan memangkas suku bunga satu kali pada tahun ini memicu volatilitas pasar.
Selain itu, Iman menilai kabar penurunan rating saham Indonesia pada indeks MSCI oleh Morgan Stanley dari equal-weight (EW) menjadi underweight turut menjadi faktor pelemahan IHSG pekan ini.
Ditambah pula dengan rilis laporan keuangan emiten Indonesia yang berada di bawah konsensus, yang dapat berimbas pada kepercayaan investor, walaupun laba atau pendapatan dalam laporan keuangan tersebut tercatat naik.
Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Aziz, mengatakan pelemahan IHSG masih berkaitan dengan penurunan rating dari Morgan Stanley kepada pasar saham Indonesia. Akibat penurunan itu, investor asing terpengaruh dan akhirnya mengambil langkah net selling cukup besar, yang ingga 27 Februari lalu mencapai Rp19 triliun secara year-to-date.
Dia juga memberikan penekanan pada kinerja emiten perbankan yang dianggap kurang menjanjikan. Misalnya saja, pelemahan laba PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi Rp2 triliun pada Januari 2025.
IHSG berpotensi berbalik arah jika kinerja perbankan mengalami perbaikan, dan pemerintah menggulirkan kebijakan yang mendorong pertumbuhan pada konsumsi masyarakat.
“Saat ini lebih baik untuk wait and see terlebih dahulu menyiapkan cash. Saat ini lebih baik menunggu adanya rebound dari market,” katanya kepada Fortune Indonesia, Jumat (28/2).