Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

IHSG Tiba-Tiba Turun 11% di Laman Google, Begini Penjelasan BEI

Layar yang menunjukkan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Layar yang menunjukkan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Jakarta, FORTUNE - Di hari terakhir libur bursa periode lebaran 2025, Senin (7/4), laman Google tetiba menampilkan grafik berisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok.

Berdasarkan pantauan Fortune Indonesia, hingga Senin pukul 13.27 WIB, IHSG di laman Google tercatat tertekan 11,46 persen ke level 5.730,34. Sementara itu, di aplikasi IDX Mobile, IHSG tampak melemah 9,42 persen ke level 5.897,21.

Menanggapi hal itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelaskan bahwa hari ini belum ada kegiatan perdagangan dan penyelesaian transaksi di BEI karena hari libur bursa masih berlaku. Manajemen BEI menambahkan, saat ini BEI tengah melakukan pengujian internal sistem rutin sebagai bagian dari upaya menjaga proses perdagangan, terutama setelah melewati libur panjang.

"Jika menemukan data pengujian, mohon kesediaannya untuk mengabaikan data tersebut," demikian pernyataan manajemen kepada pers, dikutip pada Senin.

Sebelumnya, pada perdagangan 27 Maret 2025 atau pralibur lebaran, IHSG menguat 0,59 persen ke level 6.510,62. Setelah libur panjang, analis memperkirakan volatilitas IHSG akan tinggi, terutama karena sentimen dari kebijakan tarif resiprokal Trump.

Pengamat pasar modal yang juga VP Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi melihat adanya skenario bearish pada IHSG, Selasa (8/4) jika menembus level support psikologis hingga level 5.700-5.750.

Selain tarif, sentimen pemberat IHSG setelah libur lebaran adalah melemahnya harga komoditas energi, seperti minyak mentah, setelah OPEC+ berencana meningkatkan produksi hingga 440.000 barel per hari per Mei 2025.

Ditambah dengan adanya peringatan dari Jerome Powell terkait risiko perlambatan ekonomi dan kenaikan inflasi AS. "Sehingga dikhawatirkan hal ini akan meningkatkan potensi gejolak ekonomi global," kata Audi kepada Fortune Indonesia.

Hal itu berpotensi berdampak pula terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik. Nomura Asia saja telah menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 4,9 persen (YoY) menjadi 4,7 persen (YoY) pada 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us