MARKET

Harga Saham Bukalapak Turun hampir 50% sejak IPO, Ada Apa?

Penurunan harga saham akibat sejumlah sentimen global.

Harga Saham Bukalapak Turun hampir 50% sejak IPO, Ada Apa?ShutterStock/Bangoland
08 December 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Harga saham PT Bukalapak.com Tbk terus melorot bahkan menjauh dari posisi pada saat mereka melakukan pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO). Ada apa dengan perusahaan teknologi tersebut?

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Selasa (07/12), harga saham Bukalapak ditutup melemah ke posisi Rp444 per saham. Dalam sepekan terakhir, harga saham perseroan sudah terkoreksi 17,8 persen. Bahkan, secara bulanan, saham emiten tersebut sudah terkoreksi mencapai 34,2 persen.

Penurunan harga saham BUKA secara bulanan lebih dalam dibandingkan indeks saham teknologi (IDXTECHNO) secara keseluruhan. Menurut data BEI, tercatat IDXTECHNO secara bulanan hanya menurun 8,1 persen menjadi 8.509.

Harga saham perseroan berkode BUKA itu juga makin melorot dari Rp850 per saham pada saat IPO awal Agustus 2021. Dalam arti lain, saham BUKA sudah terkoreksi 47,8 persen sejak melantai di bursa. Saham BUKA sempat menembus Rp1.100 per saham meski kemudian akhirnya terus meyusut.

Di tengah perbaikan kinerja

Harga saham BUKA juga melorot meski kinerjanya terlihat membaik. Berdasarkan laporan keuangan, perusahaan pada sembilan bulan pertama 2021 ini mampu meraih pendapatan mencapai Rp1,35 triliun, atau meningkat 42,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Secara mendetail, pendapatan BUKA dari segmen lokapasar tumbuh 7,0 persen menjadi Rp785,72 miliar. Pendapatan dari mitra (online to offline) juga meningkat bahkan sebesar 297,5 persen menjadi Rp496,19 miliar. Namun, perusahaan beroleh penurunan pendapatan dari Buka Pengadaan 23,1 persen menjadi Rp72,37 miliar.

Pada periode sama, Bukalapak membukukan kenaikan beban pokok pendapatan 129,1 persen menjadi Rp208,44 miliar. Beban penjualan dan pemasaran juga naik 20,5 persen menjadi Rp1,32 triliun. Meski begitu, efisiensi berhasil dilakukan terhadap beban umum dan administrasi serta beban operasi lainnya. Perusahaan juga meraih pendapatan keuangan sebesar Rp96,24 miliar.

Perseroan pada Januari-September tahun ini pun sanggup memangkas kerugian 19,2 persen menjadi Rp1,13 triliun. Pada periode sama 2020, rugi perseroan ini sebesar Rp1,39 triliun.

VP Corporate Secretary Bukalapak, Perdana Arning Saputro, dalam keterangan kepada BEI pada Jumat (03/12), mengatakan total processing value (TPV) perseroan selama kuartal ketiga 2021 juga tumbuh 45 persen menjadi Rp31,2 triliun. Sedangkan, pada sembilan bulan pertama tahun ini juga meningkat 51 persen menjadi Rp87,9 triliun.

Alasan harga saham turun

Lalu, mengapa harga saham BUKA terus menurun? Menurut Perdana, perseroan menyadari bahwa terdapat penurunan harga saham. Berdasarkan analisis manajemen, katanya, penurunan ini sebagian disebabkan oleh perubahan sentimen global.

“Secara global, terdapat tren kenaikan inflasi baru-baru ini yang memicu pengetatan dari bank-bank sentral di seluruh dunia. Akibatnya, terlihat adanya perubahan perilaku investor di perusahaan teknologi yang secara historis berusaha untuk memanfaatkan pergerakan likuiditas yang tinggi dan adanya tingkat suku bunga rendah,” kata Perdana.

Selain itu, perubahan risiko pandemi baru-baru ini—terutama berkenaan dengan penemuan varian baru COVID-19 Omicron—juga telah menambah volatilitas pasar. Menurut mereka, itu tidak hanya terjadi pada pasar teknologi di Indonesia, melainkan juga pasar ekuitas dunia.

”Manajemen terus berupaya memberikan informasi dan menyampaikan hal tersebut tersebut kepada investor,” ujarnya.

Related Topics