Jakarta, FORTUNE – PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) membukukan pendapatan konsolidasian sebesar US$288,2 juta atau menurun 14 persen dalam setahun (YoY). Penyebab adanya penyusutan tersebut adalah dinamika pada harga batu bara dan transformasi TBS menuju bisnis hijau.
Pada sembilan bulan pertama 2025, perseroan mencatatkan kerugian US$127,38 juta, yang berbanding terbalik dengan laba bersih US$34,83 juta pada triwulan III-2025.
“Kami telah menuntaskan fase transformasi dan kini fokus pada penguatan operasional di seluruh pilar hijau. Dengan kas yang kuat, struktur keuangan yang sehat, dan arah strategi yang jelas, TBS siap melangkah ke fase optimalisasi profitabilitas dan sinergi antar pilar pada 2026,” ujar Direktur TBS Energi Utama Tbk, Juli Oktarina, dalam keterangannya, Selasa (28/10).
Segmen pengelolaan limbah menjadi penyumbang terbesar dengan 39 persen dari total pendapatan, naik signifikan sebesar 1.048 persen dari periode sama pada tahun sebelumnya.
Kinerja keuangan TBS pada periode ini dipengaruhi oleh rugi non-tunai (non-kas) yang bersifat satu kali dan tidak berulang (non-recurring), terutama berasal dari transaksi divestasi dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) serta biaya akuisisi bisnis hijau.
Di sisi lain, hasil divestasi PLTU tersebut memberikan tambahan dana bagi TBS untuk memperkuat ekspansi menuju bisnis berkelanjutan.
Sementara itu, posisi kas perseroan mencapai US$89 juta atau naik dari US$68 juta pada akhir 2024, didukung hasil divestasi serta penerbitan instrumen Sukuk Wakalah dan Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2025.
Salah satu tonggak penting pada paruh kedua 2025 adalah peluncuran identitas baru CORA Environment, menggantikan Sembcorp Environment di Singapura. Melalui CORA, TBS memperluas kapabilitas waste-to-energy di tingkat regional dan mempercepat transfer teknologi ke Indonesia.
Ke depan, CORA menyiapkan investasi sebesar lebih dari S$200 juta dalam lima tahun mendatang untuk memperkuat jaringan pengelolaan limbah, termasuk pembangunan infrastruktur recycling yang ditargetkan rampung pada 2026.
Pada pilar energi terbarukan, PLTMH Sumber Jaya (6 MW) yang mulai beroperasi pada awal 2025 memberikan kontribusi stabil terhadap bauran energi bersih perseroan.
Sementara itu, proyek PLTS Terapung Tembesi di Batam yang dikerjakan bersama PLN Nusantara Power telah mencapai progres konstruksi yang cukup signifikan dan dijadwalkan mencapai commercial operation date pada pertengahan 2026.
