MARKET

BEI: Batas GoTo Tahan Saham Greenshoe Hanya 3 Tahun

Agen stabilisasi harga GOTO sudah menyelesaikan tugas.

BEI: Batas GoTo Tahan Saham Greenshoe Hanya 3 TahunPerwakilan Manajemen GOTO saat acara pencatatan saham di BEI, Senin (11/4). (GOTO)
29 April 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) hanya diizinkan menyimpan saham greenshoe maksimal tiga tahun. 

Menurut Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, hal itu berhubungan dengan aturan saham yang dibeli kembali sesuai Pasal 37 Ayat 4 Undang-Undang Perusahaan Terbuka (UUPT).

“Saham yang dibeli kembali oleh perseroan (GOTO) hanya boleh dikuasai mereka paling lama tiga tahun,” ujar Nyoman, dikutip Jumat (29/4).

Sebagai informasi, PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia—agen stabilisasi saham GOTO—telah melibas jatah saham greenshoe padaRabu (27/4). Dus, stabilisasi harga saham GOTO sudah selesai dilakukan. Rata-rata harga pembelian ada di level Rp293,24.

Lalu, apa yang akan terjadi setelah masa stabilisasi berakhir?

Penjelasan BEI terkait saham greenshoe GOTO

GOTO melantai di BEI, Senin 11 April 2022. (GOTO)

Nyoman mengatakan setelah masa stabilisasi harga GOTO rampung, perseroan bakal mengantongi saham yang berasal dari transaksi pasar sekunder.

Hal itu baru berlaku jika harga saham GOTO di pasar tersebut berada dalam tingkat bawah selama waktu stabilisasi selesai. Dalam kata lain, Nyoman menambahkan, “GOTO akan menerima saham yang dibeli di pasar sekunder dan sisa dana stabilisasi jika agen stabilisasi tak melaksanakan stabilisasi harga.”

Sedikit informasi, skema greenshoe bukan hal baru di pasar modal internasional. Sebut saja di Hong Kong Stock Exchange (HKEX) atau Bursa Amerika, yakni Nasdaq dan New York Exchange (NYSE).

Di hari terakhir perdagangan bursa sebelum libur lebaran, Kamis (28/4), saham GOTO parkir di level 272 setelah terkoreksi. Sejak IPO, kapitalisasi pasarnya telah tergerus dari sekitar Rp400 triliun di awal perdagangan menjadi Rp322,15 triliun.

Related Topics