MARKET

Jalan Menuju Masa Depan Investasi Berkelanjutan

Investasi berkelanjutan diramal kian berkembang di 2022.

Jalan Menuju Masa Depan Investasi BerkelanjutanDok. Shutterstock/Peshkova
07 January 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Perubahan iklim telah melahirkan berbagai jenis gerakan global, termasuk dari sisi perekonomian. Investasi berkelanjutan merupakan salah satu contohnya. Tren yang mencatat rekor baru dalam arus aset global ini diperkirakan bakal semakin berkembang pada 2022.

Katalisnya tak lain karena meningkatnya permintaan dari investor institusi dan ritel berkat penawaran dari manajer aset internasional. Sebagai gambaran, pada kuartal ketika 2021, global sustainable funds menghimpun aset hampir US$4 tirliun. Itu termasuk lebih dari US$330 juta reksa dana dan ETF berkelanjutan Amerika Serikat (AS0, yang hampir dua kali lipat ketimbang tahun lalu, menurut data Morningstar.

Distribusi ke dana berkelanjutan AS bertumbuh menjadi US$56 miliar pada periode tersebut, berkat peluncuran 74 pemain baru. Tiga perempat di antaranya adalah dana ekuitas.

“Transisi energi bukan hanya tentang pengurangan karbon, ini adalah transformasi model bisnis yang mirip dengan Revolusi Industri,” ujar Michael Jantzi, Pendiri Sustainalytics, lembaga penyedia riset ESG kepada investor afiliasi Morningstar, dilansir dari Think Advisor, Jumat (7/1).

Dia melanjutkan, adopsi ESG oleh investor pun termasuk langkah menuju dunia dengan emisi nol persen.

Atasi Perubahan Iklim Lewat Revolusi

Kepala Keberlanjutan Global Morningstar, Joh Hale mengatakan, investasi itu tak hanya memacu perusahaan mengatasi masalah iklim, tetapi juga mengenai pekerja, pelanggan, komunitas, dan klien. Harapannya, itu juga akan berdampak pada pertumbuhan aspek keberlanjutan dalam pelaporan keuangan, pengawasan, risiko, dan kerangka peraturan.

Di AS sendiri, saat ini SEC tengah mempertimbangkan persyaratan lebih ketat dalam pelaporan ESG oleh manajer aset dan perusahaan publik. Kabarnya, peraturan itu akan diadopsi pada tahun depan. SEC pun sudah meminta ulasan dari kedua pihak.

Lembaga itu telah meminta lusinan perusahaan publik membeberkan lebih lanjut mengenai dampak perubahan iklim terhadap pendapatan atau operasional bisnis mereka.

SEC menyiasati perubahan itu dengan membentuk Satuan Tugas Iklim dan ESG demi mengidentifikasi tiap kesenjangan material dalam pelaporan risiko iklim dari para emiten. Mereka juga membuka posisi baru, yakni Penasihat Kebijakan Senior untuk Iklim dan ESG.

Dibutuhkan Standardisasi

Selain para pelaku pasar, perlu standardisasi dan harmonisasi dalam pelaporan terkait ESG. Presiden dari Pryek Integrasi Investasi (TIIP), William Burckart mengatakan, “Menyusun standadisasi dan mengharmonisasi, sesuatu yang dihindari di industri manajemen aset, merupakan hal yang besar.”

Harapannya, sasaran standardisasi akan meningkat pada 2022 karena konsolidasi dari beberapa entitas yang terpisah. Itu terdiri dari Sustainability Accounting Standards Board dan International Integrated Reporting Council yang bergabung menjadi Value Reporting Foundation (VRF).

Lalu berlanjut ke konsolidasi VRF dengan Climate Disclosure Standards Borad (CDSB) untuk membentuk International Sustainability Standards Board (ISSB). Lembaga itu akan berfokus mengembangkan dasar-dasar komprehensif dari standar pelaporan keberlanjutan berkualitas tinggi, demi melengkapi kebutuhan informasi investor.

Related Topics