Musim Rilis Kinerja, IHSG Diproyeksi Lanjut Berjaya

- IHSG diprediksi menguat setelah ditutup naik 0,19 persen pada kemarin sore.
- Level support IHSG berada di 7.207–7.233, dan level resistennya berada di 7.374, 7.454, dan 7.500.
- Pergerakan IHSG masih dipengaruhi oleh respon pasar terhadap kinerja keuangan kuartal II 2024 serta indeks manufaktur Tiongkok.
Jakarta, FORTUNE ‐ Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat pada Kamis (1/8), setelah ditutup naik 0,19 persen pada kemarin sore.
Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova menjelaskan, IHSG hari ini diperkirakan masih berada dalam skenario pola triangle karena ditutup di atas support Fibonacci 7.233 pada hari Rabu.
"IHSG tampaknya akan memulai struktur awal wave (v) apabila terjadi kenaikan di atas level 7.292," kata Ivan dalam riset hariannya kepada Fortune Indonesia.
Adapun, level support IHSG berada di 7.207–7.233, 7.159, 7.099, dan 7.028. Sementara itu, level resistennya berada di 7.374, 7.454, dan 7.500. Berdasarkan indikator MACD menandakan momentum bearish.
Ivan memproyeksikan IHSG hari ini bergerak di kisaran support 7.235 sampai dengan resisten 7.295. Daftar saham pilihannya, meliputi: ACES, AMRT, ANTM, BBRI, dan BRPT.
Sentimen IHSG hari ini
Di sisi lain, Phintraco Sekuritas memprediksi IHSG hari ini melaju di rentang support 7.220, pivot 7.250, dan resisten di 7.280.
IHSG diperkirakan kembali bergerak fluktuatif di kisaran 7.250 pada perdagangan Kamis (1/8). "Secara teknikal, Stochastic RSI masih tertahan di oversold area, sementara MACD cenderung bergerak turun," kata Valdy dalam riset hariannya.
Pergerakan IHSG masih dipengaruhi oleh respon pasar terhadap kinerja keuangan kuartal II 2024. Sejumlah saham bluechip dengan kinerja keuangan memuaskan menopang IHSG, di antaranya ASII dan BBCA. Adapun, akhir pekan ini diperkirakan menjadi puncak rilis laporan keuangan semester pertama 2024.
Dari eksternal, indeks manufaktur Tiongkok berada di 49,4 pada Juli 2024, sedikit lebih baik dari perkiraan (49,3).
Valdy berujar, "Realisasi ini mengindikasikan kontraksi sektor manufaktur di Tiongkok secara berturut-turut dalam 3 bulan terakhir.
Masih dari eksternal, keputusan BoJ untuk menaikan sukubunga acuan ke level 0,25 persen (dari 0,1 persen) berpotensi memicu capital outflow dari berbagai pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun, ia menilai, itu hanya akan terjadi dalam jangka pendek.
Di tengah sentimen itu, daftar saham pilihan pada perdagangan Kamis (1/8) meliputi ASII, BRIS, JSMR, CTRA, dan PGEO.