Terancam Delisting, Waskita Kejar Target Restrukturisasi Utang Rampung 2025

- PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) terancam delisting dari BEI per 30 Juni 2025.
- WSKT telah mencapai progres restrukturisasi obligasi 75 persen dengan memangkas total utang hingga Rp15,86 triliun.
- Emiten konstruksi BUMN tersebut juga berhasil menekan utang kepada vendor yang jatuh tempo hingga 84 persen.
Jakarta, FORTUNE - PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) berpacu dengan waktu untuk merampungkan program restrukturisasi utang di tengah ancaman delisting atau penghapusan saham dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Perseroan menargetkan seluruh proses ini dapat rampung pada Desember 2025.
Ancaman delisting tersebut muncul setelah BEI merilis daftar emiten yang berpotensi dikeluarkan per 30 Juni 2025. Status ini merupakan buntut dari suspensi atau penghentian sementara perdagangan saham WSKT yang telah berlangsung lebih dari satu tahun, tepatnya sejak 8 Mei 2023, akibat penundaan pembayaran bunga obligasi.
Manajemen Waskita menegaskan upaya pemulihan terus berjalan. Sekretaris Perusahaan WSKT, Ermy Puspa Yunita, menyatakan progres restrukturisasi utang obligasi perseroan telah mencapai 75 persen.
“Presentase progres mencapai 75 persen,” demikian Sekretaris Perusahaan WSKT, Ermy Puspa Yunita, dalam keterbukaan informasi, Selasa (1/7).
Ermy menjelaskan, dari empat seri obligasi yang direstrukturisasi, tiga di antaranya telah mengantongi persetujuan.
"Saat ini, perseroan sedang dalam proses perolehan persetujuan restrukturisasi atas 1 seri obligasi non penjaminan yaitu PUB III Tahap IV Tahun 2019 melalui mekanisme Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO)," ujarnya.
Upaya restrukturisasi ini tidak hanya menyasar utang obligasi. Sebelumnya, Waskita telah menyepakati perubahan master restructuring agreement (MRA) dengan 22 kreditur perbankan senilai Rp31,65 triliun. Perjanjian yang berlaku efektif sejak 17 Oktober 2024 ini menjadi fondasi utama perbaikan struktur keuangan perseroan.
Berkat program restrukturisasi yang berjalan, Waskita berhasil memangkas total liabilitasnya. Per akhir 2024, total liabilitas turun menjadi Rp69,27 triliun dan kembali menyusut pada kuartal I-2025 menjadi Rp68,13 triliun.
Selain itu, utang kepada vendor yang telah jatuh tempo sejak 2022 juga berhasil ditekan signifikan hingga 84 persen, dari semula Rp1,2 triliun menjadi Rp340 miliar.