Mengenal Forum Konsultatif Antarnegara MIKTA
MIKTA jadi bridge-builder dalam penyelesaian isu global.
Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin pertemuan MIKTA Leaders’ Gathering ke-1 dalam rangkaian KTT G20 di India, Sabtu (9/9). Di tengah tantangan global yang kian rumit, diperlukan langkah kolaborasi dan kerja sama antarnegara MIKTA. Lalu, apa yang dimaksud MIKTA?
Dilansir dari laman resmi Setkab, MIKTA adalah forum konsultatif antar 5 negara, yaitu Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia, yang dibentuk pada 2013 melalui pertemuan para Menteri Luar Negeri kelima negara tersebut di sela Sidang Majelis Umum PBB ke-68, di New York, Amerika Serikat.
Secara umum, MIKTA dibentuk untuk menjembatani penyelesaian isu global. Apalagi, kelima negara anggota MIKTA merupakan negara anggota G20 yang tidak tergabung dengan 2 kelompok negara G7 (Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Kanada) dan BRICS (Brazil, Rusia, India, Cina, Afrika Selatan).
Untuk makin memahami MIKTA, berikut ini Fortune Indonesia akan mengulasnya secara lebih mendalam, baik dari tujuan dan profil negara anggotanya.
Tujuan
Sebagaimana diamanatkan dalam MIKTA Vision Statement Tahun 2015, MIKTA berkomitmen untuk berperan aktif dalam diskusi tentang isu-isu global di forum multilateral guna mengurangi kesenjangan antara negara maju dan negara berkembang di tengah berbagai kebijakan yang terpolarisasi.
Adapun pembentukan MIKTA didasarkan pada tiga tujuan utama, yaitu:
- Menjadi kemitraan inovatif baru guna mempromosikan kepentingan publik global melalui upaya-upaya konstruktif dalam mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi komunitas internasional.
- Menjadi platform konsultatif lintas wilayah untuk meningkatkan saling pengertian dan memfasilitasi pertukaran pandangan antarlima negara anggotanya.
- Menjadi kelompok konsultatif terbuka dan informal yang anggotanya bebas bertukar pandangan di berbagai forum internasional.
Keanggotaan MIKTA
Tidak seperti negara-negara adi daya yang memiliki sumber daya dan pengaruh yang mapan dan mumpuni, negara-negara kekuatan menengah tidak dapat menjalankan peran dan menghasilkan perubahan nyata dalam politik global, bila hanya bergerak sendiri. Negara-negara berkekuatan menengah perlu bekerja sama, untuk mendorong kemitraan baru dan inovatif, sehingga mampu memberikan solusi konstruktif terhadap berbagai tantangan global.
Kelima anggota MIKTA adalah representasi dari negara-negara kekuatan menengah di wilayahnya masing-masing. Meksiko merepresentasikan wilayah Amerika Selatan, Indonesia untuk wilayah Asia Tenggara, Korea Selatan untuk wilayah Asia Timur, Turki untuk wilayah Eurasia, dan Australia untuk wilayah Pasifik dan Oseania.
Selain berbagi cita-cita, kepentingan, dan komitmen untuk berkontribusi terhadap berbagai tantangan global, kelima negara anggota MIKTA memiliki beberapa persamaan yang menjadi pondasi kerja sama yang dilakukan, seperti:
- Kekuatan ekonomi yang dibuktikan dengan PDB yang besar
- Peran aktif dan kontribusi di berbagai forum regional dan multilateral
- Penghormatan terhadap nilai-nilai demokrasi, kedaulatan, dan HAM.
Profil negara MIKTA
Berikut ini adalah profil singkat kelima anggota MIKTA:
- Meksiko
Berdasarkan data World Bank tahun 2021, Meksiko menduduki peringkat ke-15 negara dengan PDB terbesar di dunia, yakni US$1,29 triliun. Selain itu, negara ini punya kedekatan budaya dan politik di kawasan Amerika Latin, bahkan membangun mekanisme dialog politik yang konstruktif dengan negara-negara Amerika Latin lain, guna memfasilitasi konsensus regional dan berkontribusi dalam pembangunan kawasan. Meksiko aktif di berbagai organisasi dan blok dagang kawasan, seperti Organization of American States (OAS), Pacific Alliance, dan Southern Common Market (Mercosur). - Indonesia
Sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masuk jajaran negara G20, Indonesia tercatat sebagai peringkat ke-16 negara dengan PDB terbesar di dunia, yakni US$1,18 triliun (data World Bank 2021). Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, Indonesia diprediksi akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-4 pada tahun 2050. Kebijakan luar negeri bebas-aktif mencerminkan komitmen dan pandangan Indonesia terhadap tatanan internasional dan bagaimana Indonesia dapat aktif berpartisipasi dalam tatanan tersebut. - Korea Selatan
Pada kawasan Asia Timur, Korea Selatan adalah berkekuatan menengah menjadi salah satu investor, mitra dagang, dan donor ODA (Official Development Assistance) terbesar bagi negara-negara berkembang di kawasan Asia. Korea Selatan dianggap menjadi salah satu negara yang sukses menjembatani antara negara berkembang dan negara maju, melalui peran aktif dan kontribusi Korea Selatan di berbagai organisasi internasional, seperti G20 dan OECD. Adapun PDB Korea Selatan pada 2021, mencapai US$1,79 triliun dan menduduki posisi ke-10 di dunia. - Turki
Pada 2021, Turki menduduki peringkat ke-19 negara dengan PDB terbesar di dunia, dengan US$815 miliar. Prinsip kebijakan luar negeri negara ini adalah “zero problem” dan “strategic depth”, yang merujuk pada upaya untuk menyelesaikan perselisihan dengan negara-negara tetangga, pencerminan kedalaman Sejarah serta kedekatan geografis dengan kawasan. Sebagai negara middle power di kawasan Eurasia yang dekat dengan negara-negara Timur Tengah, Turkiye telah memainkan banyak peranan penting, seperti menjembatani dialog Israel-Palestina, penyelesaian konflik etnis Kurdi di Irak dan Suriah, maupun menjembatani penyelesaian Perang Saudara di Suriah. - Australia
Australia memiliki daya tawar yang cukup tinggi terhadap negara-negara adi daya, seperti Amerika dan Cina. Australia dapat dikatakan sekutu terkuat Amerika di belahan bumi Pasifik dan Oseania, namun di sisi lain Australia tetap mampu menyeimbangkan hubungan bilateral yang baik dengan negara-negara di Asia dan Pasifik Selatan, termasuk dengan Cina. Pada tahun 2021 Australia menduduki peringkat ke-13 negara dengan PDB terbesar di dunia, yakni mencapai US$1,54 triliun.
Demikianlah ulasan tentang MIKTA, mulai dari tujuan hingga profil negara-negara anggotanya. Semoga bermanfaat.