NEWS

IKN Disebut Tak Rusak Hutan, Karena Dibangun di Lahan Monokultur

IKN dibangun di lahan yang memang untuk industri kertas.

IKN Disebut Tak Rusak Hutan, Karena Dibangun di Lahan MonokulturMobil melintas di jalan kawasan IKN. (ANTARAFOTO/Bayu Pratama)
29 January 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) menyebut pembangunan IKN tidak merusak Hutan di kalimantan. Pasalnya, pembangunan dilakukan di atas tanah Monokultur

Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam IKN, Myrna Asnawati Safitri, mengatakan bahwa dari 252 ribu hektare total lahan yang diperuntukkan bagi IKN, wilayah yang dibangun hanya sekitar 40 ribu saja.

“Lokasi pembangunan sekarang sebagian besar di hutan monokultur, jadi tidak merusak hutan. Kalau konversi, tergantung definisinya,” ujarnya di Nusantara Fair 2024, Minggu (28/1).

Myrna menjelaskan bahwa lokasi IKN sebenarnya tidak termasuk dalam wilayah hutan Kalimantan yang disebut sebagai The Heart of Borneo. Wilayah IKN hanya terhubung sebagai bagian dari ekosistem yang ada. “Itu hutan monokultur. Meski tidak ada IKN, tetap akan ditebang tiap 6-7 tahun untuk industri kertas. Jadi, IKN tidak merusak alam,” katanya.

Hutan monokultur adalah hutan rakyat yang hanya terdiri dari satu jenis tanaman pokok berkayu yang ditanam secara homogen. Menurutnya, pemahaman definisi hutan bisa berbeda antara satu orang dengan lainnya, sehingga penjelasan tentang wilayah hutan yang digunakan untuk pembangunan IKN harus dipahami betul aman dari perusakan hutan alam.

Eksperimen nasional

Groundbreaking Hotel Nusantara di IKN, Kamis (21/9).
Groundbreaking Hotel Nusantara di IKN, Kamis (21/9). (Tangkapan layar)

Myrna juga menyoroti soal pembangunan IKN yang akan menjadi eksperimen rasional untuk melihat pembangunan Indonesia di tahun 2045, dengan mengedepankan ekonomi hujau serta ekonomi biru yang mengusung konsep keberlanjutan.

Bila terealisasi, hal ini akan jadi sumbangsih penting bagi dunia, dalam bentuk sebuah kota hijau dan ramah lingkungan.

Dengan demikian, masyarakat IKN nantinya pun akan menjalani kehidupan yang berbeda dengan masyarakat perkotaan yang sudah ada. Mereka akan hidup berdampingan dengan alam dan segala upaya untuk menjaganya.

“Kami ingin mengadakan perbaikan secara sistematik, misal tidak menggunakan kendaraan energi fosil atau green energy dalam menyediakan kebutuhan energi di kota baru, (dan) menyediakan ruang hijau yang banyak,” katanya.

Menekankan resforestrasi

Bambang Susantono.
Bambang Susantono. (Wikimedia Commons)

Related Topics