NEWS

Serangan Masif ke Gaza dan Sederet Konsekuensi Ekonomi Bagi Israel

Padahal sektor teknologi raup banyak investasi.

Serangan Masif ke Gaza dan Sederet Konsekuensi Ekonomi Bagi IsraelIlustrasi Israel-Palestina. (Doc: 123rf/luzitanija)
29 January 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Serangam masif Israel ke jalur Gaza dan wilayah lain di Palestina selama tiga bulan terakhir telah membawa konsukensi buruk bagi perekonomian negara berlambang bintang David itu. Hal ini terjadi ketika beberapa industri mendapatkan investasi baru.

Mengutip Al Jazeera, sejak Oktober, pemerintah Israel telah mensubsidi gaji 360.000 tentara cadangan yang dikerahkan ke Gaza.

Pada November, Bank of Israel memperkirakan ‘dampak buruk’ Perang terhadap Israel sebesar 198 miliar shekel (US$53 miliar atau sekitar Rp838.16 triliun – kurs Rp15.814,37 per dolar AS). “Menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi menjadi 2 persen per tahun untuk tahun 2023 dan 2024, masing-masing turun dari 2,3 persen dan 2,8 persen,” tulis berita itu, Sabtu (27/1).

Sementara itu, pada Desember, Kementerian Keuangan Israel mengatakan bahwa perang kemungkinan akan merugikan Israel sekitar US$13,8 miliar atau sekitar Rp218,24 triliun pada tahun ini, jika fase intensitas tinggi berakhir pada kuartal I 2024.

Penurunan pendapatan

Al Jazeera melaporkan, sekitar 20 persen masyarakat Israel mengalami penurunan pendapatan rumah tangga yang cukup besar, sejak Perang Gaza kembali terjadi di tahun 2023.

Bahkan, organisasi bantuan ‘Latet’ yang berarti ‘memberi’, mencatat lebih dari 45 persen masyarakat khawatir akan kesulitan ekonomi yang menanti mereka di masa depan, baik saat perang ini atau setelah perang selesai.

Kolumnis teknologi dan penasihat startup yang berbasis di Beit Shemesh, Israel, Hillel Fuld, mengatakan bahwa saat ini sulit untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran para politisi Israel. “Netanyahu dan pemerintahannya menghadapi tekanan diplomatik global yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengakhiri perang, sementara faktor ekonomi dari perang tersebut kurang dapat perhatian dalam pengambilan keputusan,” katanya kepada Al Jazeera.

Sektor terdampak

Dari segi bisnis, sektor ekonomi yang paling menderita di tengah perang Gaza adalah pariwisata.

Bahkan, sebelum perang terjadi, sektor ini sudah terhantam badai pandemi Covid-19, di mana 2,6 persen sumbangan pada Pendapatan Domestik Bruto (PCB) 2019, turun sampai 1,1 persen pada 2021.

Setelah serangan Hamas ke Israel selatan dan meletusnya perang di Gaza, banyak maskapai penerbangan membatalkan atau menangguhkan sebagian besar penerbangan mereka ke Tel Aviv, dan banyak wisatawan membatalkan rencana mereka untuk mengunjungi Israel.

Padahal, sebelum Operasi Banjir Al Aqsa, pengunjung ke Israel berjumlah di atas 300.000 setiap bulan, tapi pada November, angka ini turun menjadi 39.000. “Perang tidak hanya tragis, tapi juga mahal. Dampaknya terhadap pariwisata, misalnya, sangat nyata dan tidak bisa diabaikan,” kata Fuld.

Sementara itu, industri konstruksi dilaporkan mengalami pukulan besar juga sejak perang Gaza dimulai. Proyek konstruksi telah dihentikan sejak bulan Oktober dan Israel membekukan izin pekerja tanpa batas waktu bagi warga Palestina yang merupakan 65-70 persen tenaga kerja di sektor konstruksi Israel. Akibatnya, industri di Israel dan perekonomian Tepi Barat terkena dampak yang sangat besar.

Related Topics