NEWS

Ini Alasan Kenapa Tahun Kabisat Itu Penting

Penanggalan Julius Caesar punya sumbangsih.

Ini Alasan Kenapa Tahun Kabisat Itu PentingIlustrasi: tanggal di kalender tahun 2024. (Dok. 123RF)
08 January 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kalau Anda suka bikin pembaruan harian selama setahun pada caption media sosial atau status media sosial dengan model tulisan hari ke-/jumlah hari dalam setahun--misalnya 1/365 untuk menandakan hari pertama dalam 365 hari alias setahun--maka tahun ini mesti mengganti 365 dengan 366.

Pasalnya, tahun ini kita memasuki Tahun Kabisat dengan satu hari tambahan yang terjadi pada Februari. Dalam kalendar Gregorian atau Masehi, penambahan hari itu terjadi sekali dalam empat tahun. Hari tambahan itu adalah 29 Februari, dan biasanya mengambil tempat pada tahun-tahun yang habis dibagi empat seperti 2020 atau 2024. 

Penanggalan lain seperti kalender Yahudi, Hijriyah, Cina, atau Ethiopia sebenarnya juga menerapkan waktu kabisat ini. Namun, biasanya penerapannya berbeda dari Kalender Gregorian alias bukan empat tahun sekali. 

Model penanggalan kabisat ini sepertinya terdengar remeh-temeh. Namun, sebenarnya, sistem ini sangat penting karena tanpanya tahun-tahun yang manusia lalui akan tampak berbeda. 

Menurut laman Live Science, tahun kabisat hadir karena suatu tahun dalam kalender Gregorian lebih pendek dari waktu yang diperlukan Bumi untuk sepenuhnya menyelesaikan pengorbitannya pada matahari. Tahun kalender setepatnya adalah 365 haru, tapi tahun untuk mengelilingi matahari adalah 365 hari, lima jam, 48 menit, dan 56 detik.

Kesenjangan waktu ini akarnya bermula pada 45 sebelum Masehi ketika kaisar Romawi, Julius Caesar, memulai kalender Julian, yang terdiri dari 365 hari yang terbagi menjadi 12 bulan yang kini masih dipakai pada kalender Gregorian. 

Kalender Julian menyertakan tahun kabisat yang terjadi tiap empat tahun sekali tanpa terkecuali. Jika model penanggalan tersebut kita hentikan, maka dalam sekitar 700 tahun Bumi belahan utara akan memulai musim kemaraunya akan bermula pada Desember ketimbang Juni sebagaimana umumnya. 

Menambahkan sehari dalam sekali tiap empat tahun menyelesaikan problem semacam itu. Sebab, satu hari tambahan tersebut memiliki durasi yang sama dengan kesenjangan yang terakumulasi dalam masa tersebut. 

Pun demikian, sistem tersebut tidaklah sempurna. Kita beroleh 44 menit tambahan tiap empat tahun sekali, atau sehari tiap 129 tahun. Demi menyiasati perkara itu, kita tidak menerapkan tahun kabisat tiap tiba waktunya seabad atau tahun yang habis dibagi 400 seperti 1600 dan 2000.  

Selama berabad-abad, kalender Julian yang ditemukan Julius Caesar terlihat berjalan normal. Tetapi, pada medio abad ke-16, para ahli perbintangan menyadari musim-musim yang terjadi dimulai 10 hari lebih awal dari yang diharapkan. 

Untuk mengobati problem tersebut, Paus Gregorius XIII memperkenalkan kalender Gregorian pada 1582. Sistem penanggalan ini mirip dengan kalender Julian, tapi tanpa menyertakan kabisat untuk sebagian besar tahun penanda abad seperti sempat disebut di atas. 

Related Topics

    © 2024 Fortune Media IP Limited. All rights reserved. Reproduction in whole or part without written permission is prohibited.