Ini Poin Perluasan Kerja Sama Astra Zeneca Indonesia dan Kemenkes
Memperkuat agenda ketahanan kesehatan di RI.
Jakarta, FORTUNE - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan PT AstraZeneca Indonesia memperpanjang dan memperluas kemitraan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) di Jakarta pada Senin (20/2). Nota kesepahaman ini menandai upaya bersama kedua belah pihak dalam meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat Indonesia melalui transformasi sistem kesehatan.
Penandatanganan MoU dilakukan oleh Kunta Wibawa Dasa Nugraha, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI, dan Sewhan Chon, Presiden Direktur PT AstraZeneca Indonesia, dengan disaksikan oleh Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Presiden Direktur PT AstraZeneca Indonesia, Sewhan Chon, menyampaikan MoU ini merupakan kelanjutan dari kesepakatan yang dimulai sejak 2017 untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
“Kami berkomitmen untuk menjadi mitra layanan kesehatan yang terpercaya dengan memperluas dan mengembangkan kolaborasi masa depan antara Kementerian Kesehatan RI dan AstraZeneca Indonesia,” ujarnya.
Kunta Wibawa Dasa Nugraha, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mengatakan pandemi mengajarkan kita akan pentingnya kesehatan sebagai agenda bersama.
“MoU ini jadi momentum untuk bangkit mewujudkan sistem kesehatan masyarakat. Hal ini akan mampu kita wujudkan melalui pilar Transformasi Kesehatan,” katanya.
Perluasan kerja sama di berbagai bidang
Perluasan kerja sama antara Kemenkes dan PT AstraZeneca Indonesia berfokus pada beberapa area, seperti promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, pengelolaan dan pengendalian penyakit tidak menular, teknologi, dan digitalisasi.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, perusahaan memperkuat upaya-upaya promotif dan preventif, termasuk melanjutkan Young Health Programme di Indonesia. Program ini memberdayakan kaum muda untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit tidak menular.
Ada pula kampanye 10 Jari untuk meningkatkan kesadaran akan enam faktor risiko dan empat tanda kanker ovarium, serta mendorong deteksi dini bagi masyarakat Indonesia.
Kampanye lainnya, yakni kampanye stop ketergantungan SABA untuk meningkatkan kesadaran pasien asma dan masyarakat mengenai penggunaan inhaler jenis short-acting β-agonist (SABA) yang berlebihan.
Upaya Pengelolaan dan pengendalian PTM (Penyakit Tidak Menular) dilakukan melalui Rencana Nasional Asma dan PPOK dengan mengadakan peningkatan kapasitas nasional untuk 4.000 tenaga kesehatan terhadap Asma dan PPOK. Selain itu, upaya kolaborasi dengan perhimpunan tenaga medis di Indonesia dan membentuk Center of Excellence atau Puskesmas Unggulan di tingkat Kota/Kabupaten.
AstraZeneca Indonesia juga memiliki Patient Assistant Program (PAP) untuk membantu akses terhadap obat-obatan inovatif bagi pasien kanker di Indonesia.
Dalam hal teknologi dan digitalisasi, AstraZeneca Indonesia mendukung Kementerian Kesehatan Indonesia dalam memperkenalkan, memfasilitasi, dan melakukan transfer teknologi secara menyeluruh yang sesuai dengan kebutuhan.
“AstraZeneca Indonesia juga mendukung pemerintah dalam digitalisasi untuk deteksi dini kanker paru dan penyakit tidak menular lainnya menggunakan Artificial Intelligence,” kata Sewhan Chon.