NEWS

Prediksi Tren Belanja Online dan Investasi Digital 2024

Indonesia Digital Economic and Financial Outlook 2024.

Prediksi Tren Belanja Online dan Investasi Digital 2024Dok. Populix
08 December 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Dinamika perilaku orang Indonesia dalam berbelanja, mencari informasi, bahkan berinvestasi, telah mengalami transformasi besar dalam lima tahun terakhir. Hal ini tidak terlepas dari pesatnya perkembangan teknologi, pengaruh media sosial, dan akselerasi digital yang dibawa oleh pandemi Covid-19.

Seiring dengan pergeseran perilaku yang terus berubah, layanan penyedia data dan insights, Populix, melakukan sebuah studi komprehensif untuk mendalami perilaku konsumsi Milenial dan Gen Z di era teknologi yang membentuk peta bisnis tahun 2024 mendatang.

Hasil studi yang berjudul “Indonesia Digital Economic and Financial Outlook 2024” ini mengungkap bagaimana teknologi membawa perubahan terhadap perilaku belanja dan aspirasi keuangan milenial dan Gen Z.

Co-Founder dan CEO Populix, Timothy Astandu mengatakan menyambut tahun 2024 akan terus terlihat bagaimana teknologi semakin memengaruhi lanskap finansial dan ekonomi digital di Indonesia. Sebagai generasi paling aktif dan melek digital, milenial dan Gen Z akan berada di poros ekosistem ekonomi digital yang mendorong lahirnya inovasi-inovasi baru.

"Tahun 2024, diprediksikan akan semakin banyak konsumen yang mencari investasi jangka panjang, semakin banyak peningkatan integrasi teknologi ke layanan keuangan, dan pergerakan positif dalam hal inklusi keuangan," ujarnya dalam acara Populix Outlook Report: Indonesia Digital Economy in 2024.

Menurutnya, hal ini tentu membawa peluang dan tantangan bagi pelaku bisnis, institusi keuangan, dan pemerintah, sehingga riset dan data menjadi semakin penting untuk mengambil keputusan yang tepat.

Sebagai informasi, penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2023 melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui 16 mini online FGD kepada milenial dan Gen Z berusia 17 tahun ke atas di kota besar dan kecil di Indonesia. Adapun pendekatan kuantitatif dilakukan melalui survei online melalui aplikasi Populix terhadap total 1.000 responden laki-laki dan perempuan berusia 17-55 tahun di Indonesia dengan durasi pengerjaan survei sekitar 15 menit. 

Gen Z cenderung FOMO dan impulsif

Direktur Program INDEF, Esther Sri Astuti S.A., mengatakan di tahun 2024, ekonomi digital diproyeksikan akan terus bertumbuh secara positif bahkan mencapai dua kali lipat di 2025. Prospek ekonomi digital sangat besar didorong oleh pergeseran perilaku dari milenial dan Gen Z sebagai kelompok konsumen terbesar.

"Oleh karena itu, butuh peran dari industri finansial, baik dari sektor banking maupun non-banking, untuk mendukung pemerataan ekonomi digital, serta regulasi yang kuat dari pemerintah untuk melindungi data pengguna dan keamanan pengguna dari serangan siber,” ujarnya,

Milenial dan Gen Z ini enunjukkan preferensi yang berbeda dalam berbelanja dan mengelola keuangannya. Milenial cenderung fokus pada tanggung jawab mereka dalam keluarga, sehingga mereka memiliki perencanaan dan manajemen keuangan yang lebih matang untuk mencapai kestabilan finansial di masa depan.

Oleh karena itu, gaya belanja dan prioritas keuangan mereka berpusat pada kebutuhan sehari-hari, tabungan dana pensiun, mempersiapkan dana pendidikan, serta berinvestasi pada instrumen yang minim risiko.

Sedangkan Gen Z, yang mayoritasnya belum berkeluarga, menunjukkan gaya belanja dan manajemen keuangan yang lebih impulsif serta berpusat pada gaya hidup dan hiburan. Keputusan mereka banyak didorong oleh paparan media sosial yang membentuk mentalitas Fear of Missing Out (FOMO).

Tren perilaku belanja Gen Z dan milenial di 2024

Milenial dan Gen Z menunjukkan perbedaan perilaku belanja yang cukup signifikan. Sebagai generasi yang tengah berada di fase berkeluarga, milenial cenderung memiliki tanggung jawab lebih dalam hal perencanaan keuangan. Mereka memiliki pos-pos anggaran yang lebih matang untuk berbelanja, berinvestasi, bahkan menyiapkan anggaran untuk masa depan seperti dana pendidikan. Oleh karena itu, milenial lebih memprioritaskan berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari.

Di sisi lain, sebagai generasi yang lahir di era teknologi dan tumbuh dalam paparan media sosial, perilaku belanja Gen Z cenderung dipengaruhi oleh tren dan mentalitas Fear of Missing Out (FOMO). Hal ini mendorong mereka untuk terus berupaya mengikuti perkembangan dengan membeli produk-produk terkini, serta lebih memprioritaskan berbelanja kebutuhan gaya hidup yang bersifat impulsif.

  • 54 persen masyarakat belanja di e-commerce, mayoritas Gen Z

Terkait platform belanja, e-commerce menjadi tempat belanja yang paling diminati, dengan 54 persen responden menyatakan preferensi terhadap platform ini.  Sebaliknya, berbelanja langsung di toko masih diminati oleh sebanyak 42 persen responden dengan mayoritas berasal dari kalangan masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Sementara itu, 3 persen responden yang didominasi Gen Z memiliki kecenderungan untuk berbelanja melalui platform media sosial. 

  • Makanan dan minuman mendominasi belanja online

Berbelanja secara online biasa dilakukan setiap 2 sampai 3 kali dalam sebulan, terutama oleh responden di area Bodetabek. Kegiatan belanja secara online ini didominasi oleh pembelian untuk kategori produk sehari-hari, seperti makanan dan minuman (70 persen), perawatan tubuh (68 persen), fashion (66 persen), kecantikan (52 persen), dan kesehatan (41 persen). Selain itu, studi juga menunjukkan bahwa responden yang memiliki anak cenderung berbelanja lebih banyak dibandingkan responden lajang.

  • Penting membandingkan produk dan harga

Kemajuan teknologi memegang peranan besar terhadap perubahan perilaku dan preferensi konsumen. Sebanyak 58 persen responden menyatakan bahwa kini mereka membandingkan produk dan harga secara online sebelum melakukan transaksi. Selain itu, 53 persen responden mengatakan lebih sering menggunakan pembayaran digital atau e-wallet dalam berbelanja dan 51 persen responden lebih sering berbelanja melalui e-commerce berkat kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan.

  • e-wallet berperan penting

Adapun beberapa layanan online yang kini menjadi bagian penting dari kehidupan Gen Z dan milenial adalah e-wallet (68 persen), disusul dengan platform belanja online untuk kebutuhan sehari-hari (55 persen), trasportasi online (46 persen), aplikasi pemesanan makanan (45 persen), telemedicine (34 persen), video streaming (32 persen), produk smart home (21 persen), dan berlangganan pada aplikasi digital (17 persen).

Milenial dan Gen Z menunjukkan preferensi untuk berbelanja melalui platform-platform online, baik melalui e-commerce maupun social commerce, tanpa terkecuali media sosial. Tren ini akan terus berlanjut dan berpotensi besar secara jangka panjang bagi industri logistik Tanah Air.

Melihat fenomena ini, Chief Sales Officer Lion Parcel, Arif Wibowo, mengatakan pihaknya melakukan diversifikasi layanan sesuai kebutuhan mereka, serta adaptasi teknologi agar dapat tetap relevan. Selain itu, memperluas kehadiran di daerah-daerah untuk mendorong UMKM agar dapat masuk ke ranah digital lewat serangkaian pelatihan dan penawaran kemitraan bersama Lion Parcel.

"Melalui inisiatif yang dapat mendukung kebutuhan logistik mereka, kami yakin pemerataan ekonomi digital di Indonesia dapat lebih cepat diwujudkan dan para UMKM mampu bersaing dengan brand besar, menjangkau pasar yang lebih luas, dan mendongkrak bisnis mereka secara keseluruhan,” ungkap Arif.

Related Topics