NEWS

Chatime dan Emina Kolaborasi Unik, Rilis Lip Cream Aroma Minuman Boba

Lip cream ini hadir dalam warna dan aroma buble milk tea.

Chatime dan Emina Kolaborasi Unik, Rilis Lip Cream Aroma Minuman BobaChatime, salah satu pemain di bisnis teh boba. (Shutterstock/Hendrick Wu)
28 November 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - PT F&B Indonesia (F&B ID), melalui brand Chatime dan jenama kosmetik lokal Emina berkolaborasi meluncurkan tiga varian lip cream Emina Poppin Matte yang terinspirasi dari minuman milk tea perusahaan.

Lip cream Emina Poppin’ Matte hadir dengan warna dan aroma unik seperti minuman Chatime, dengan tekstur creamy serta hasil akhir matte yang diklaim mampu bertahan  hingga 12 jam dan terasa ringan digunakan seharian.

Marketing General Manager F&B ID, Lany Cucu, mengatakan lip cream ini terinspirasi dari tiga varian minuman Chatime yaitu Chatime Milk Tea, Chatime Hazelnut Chocolate Milk Tea, dan Brown Sugar Milk Tea.

"Harapannya, kreasi baru Emina X Chatime ini bisa menjadi favorit para penggemar minuman kekinian dan beauty enthusiast," katanya, Senin (28/11). 

Lip cream Emina Poppin’ Matte telah tersedia di platform e-commerce dan per 21 November 2022 hadir di 50 gerai Chatime pilihan, seperti di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya..

Hingga kini, anak usaha Kawan Lama Group di bisnis food and beverage telah mengoperaiskan 460 gerai di 52 kota. 

Pasar boba Indonesia US$1,6 miliar

Minuman kekinian, salah satunya buble tea atau disebut boba tengah menjadi tren dan banyak diminati penduduk dunia, termasuk masyarakat Indonesia. Laporan Momentum Works dan Qlub mencatat, pendudk Asia Tenggara saat ini menghabiskan US$3,66 miliar per tahun untuk bubble tea dan varian baru minuman teh. 

Laporan bertajuk ‘Bubble Tea in Southeast Asia’ itu menuliskan, Indonesia sebagai pasar terbesar di kawasan ini dengan omzet tahunan diperkirakan US$1,6 miliar diikuti Thailand di urutan kedua dengan omzet tahunan US$749 juta yang dipasarkan melalui 31.000 toko bubble tea dan saluran ritel lainnya.

Singapura juga cukup menonjol di antara 6 pasar utama kawasan ini. Dengan populasi terkecil namun daya belinya yang tinggi, harga rata-rata minuman tersebut di Negeri Singa bisa dua kali lipat dibandingkan negara lain. Hal ini membuka peluang bagi masuknya beberapa merek buble tea premium. 

Saat ini, brand Taiwan masih mendominasi pasar bubble tea besar di Asia Tenggara, diikuti Cina. Pasar bubble tea di Tiongkok diperkirakan memiliki omzet tahunan US$20 miliar. Beberapa pemain dan brand populer dari negara ini di antaranya Mixue, Chagee, dan HEYTEA. Untuk memerluas cengkraman bisnis, para pemain bahkan mulai merambah ke Asia Tenggara.

Chief Operating Officer qlub, Sik Hoe Yong mengatakan banyak anak muda di Asia Tenggara  ingin membuka toko bubble tea. Meskipun ada margin yang tinggi, bubble tea adalah produk dengan diferensiasi rendah sehingga mudah ditiru dan memiliki rantai pasokan menantang.

Pandemi menjadi momentum seleksi alam, dan memperlihatkan seberapa banyak toko tutup. "Namun, kecintaan konsumen terhadap bubble tea tidak akan berubah dalam waktu dekat, tetapi mereka akan memilih merek favorit mereka dengan dompet mereka,” kata

Pendiri dan CEO Momentum Works, Jianggan Li, menambahkan, pasar minuman buble tea terfragmentasi, dan tidak seperti perusahaan internet, ada cukup ruang bagi pemain bubble tea yang lebih besar dan lebih kecil untuk hidup berdampingan dan berkembang.

"Munculnya pemain Cina yang pandai dalam branding, produk/rantai pasokan, dan manajemen biaya dapat menimbulkan tantangan yang semakin besar bagi pemain lokal yang sudah ada.

"Tidak sulit untuk mengamati dan mempelajari permainan dan strategi mereka, tetapi yang lebih penting adalah memastikan ekonomi unit yang positif dan laba atas investasi yang baik," ujarnya. 

Related Topics