NEWS

Inflasi Pangan Bergejolak Turun, Sri Mulyani: Sesuai Diagnosis

Gejolak harga komoditas global masih perlu diwaspadai.

Inflasi Pangan Bergejolak Turun, Sri Mulyani: Sesuai DiagnosisMenkeu, Sri Mulyani Indrawati. (dok. Kemenkeu)
02 September 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati merespons tingkat inflasi domestik yang mulai dapat ditekan pada Agustus 2022. Menurutnya, pengendalian harga komoditas di dalam negeri seperti cabai, telah berhasil menurunkan komponen inflasi harga bergejolak atau volatile food yang selama ini menjadi momok.

“Kemarin memang meningkat sampai di atas 11 persen dan sekarang turun ke 8 persen. Kontribusinya sesuai diagnosa terutama dikontribusikan oleh faktor makanan,” ujarnya di Kompleks DPR RI di Jakarta, seperti dikutip Antara, Kamis (1/9).

Badan Pusat Statistik mencatat harga bergejolak pada Agustus 2022 secara tahunan mengalami inflasi 8,93 persen dan secara bulanan mengalami deflasi 2,9 persen.

Realisasi tersebut turun dibandingkan Juli 2022 saat volatile food mengalami inflasi 11,47 persen secara tahunan dan memiliki andil 0,25 persen.

Menurut Sri Mulyani, penurunan inflasi Agustus menunjukkan bahwa kenaikan harga komoditas pangan pada komponen volatile food memang sangat dipengaruhi kondisi global.

Di sisi lain, ia menegaskan faktor yang mempengaruhi gejolak harga ini sudah dapat dikendalikan secara relatif cepat, terutama dari sisi komoditas cabai.

Ini juga tak lepas dari kondisi ketika sebagian besar komoditas bisa diproduksi di dalam negeri. Sehingga pengendalian dapat dilakukan lebih optimal.

Instruksi langsung presiden

Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah meminta para kepala daerah, Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan untuk melihat keseluruhan faktor-faktor yang menyumbang inflasi.

Pemerintah diminta menggunakan instrumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), termasuk transfer ke daerah (TKD). Bahkan pemerintah daerah juga mendapat dana transfer dari pusat dalam bentuk dana tak terduga yang bisa secara fleksibel digunakan untuk meredam kenaikan harga komoditas.

“Dari faktor makanan yang memang bisa diatasi secara relatif cepat seperti cabai dan lain-lain itu sekarang menjadi fokus dari tim pengendalian inflasi di pusat dan daerah,” ujar Sri Mulyani.

Terlebih lagi, beberapa komoditas bisa dikembangkan dan diproduksi secara mandiri di dalam negeri sehingga akan semakin menstabilkan inflasi ke depan terutama dari sisi harga bergejolak.

Meski demikian, Sri Mulyani tetap mewaspadai inflasi dari volatile food ini mengingat ada beberapa komoditas yang memang tidak diproduksi secara domestik seperti gandum dan kedelai sehingga akan sangat terpengaruh oleh gejolak global.

“Seperti minyak goreng. Meski itu adalah CPO kita punya, tapi subtitusinya adalah sun flower yang diproduksi Ukraina. Jadi berbagai dinamika itu yang harus kita antisipasi,” katanya.

Related Topics