NEWS

Intervensi Rusia Ganggu Kesepakatan Nuklir AS-Iran

Negosiasi akhir di Wina berjalan kian tertatih-tatih.

Intervensi Rusia Ganggu Kesepakatan Nuklir AS-IranIran. Shutterstock_vanchai tan

by Hendra Friana

11 March 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Pemerintah Iran mengusulkan tuntutan baru yang menghambat perundingan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015. Padahal, pekan lalu, sinyal positif muncul di tengah persiapan negosiasi terakhir di Wina--Iran akan kembali mematuhi pembatasan pada kegiatan nuklirnya dan Amerika Serikat (AS) kembali mematuhi kesepakatan yang sempat dilanggar di era Presiden Trump pada 2018.

Mengutip Reuters, hambatan baru dari Iran tersebut muncul setelah Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, pada Sabtu (5/3) menuntut jaminan besar-besaran perdagangan Rusia dengan Iran tidak akan terpengaruh atas sanksi yang dikenakan pada Moskow atas invasinya ke Ukraina. 

Permintaan Rusia pada awalnya membuat marah Teheran, yang berpeluang membantu Taheran serta Washington bergerak menuju kesepakatan tentang beberapa masalah pelik yang tersisa, kata para diplomat,.

Akan tetapi serangkaian komentar tiba-tiba oleh pejabat Iran termasuk Pemimpin Tertinggi, Ali Khamenei Kamis (10/3) menunjukkan bahwa angin telah berubah arah.

“Pendekatan AS terhadap tuntutan prinsip Iran, ditambah dengan tawarannya yang tidak masuk akal dan tekanan yang tidak dapat dibenarkan untuk mencapai kesepakatan. Ini menunjukkan bahwa AS tidak tertarik pada kesepakatan kuat yang akan memuaskan kedua belah pihak,” kata Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani, di Twitter

Dia menambahkan "tidak adanya keputusan politik AS, pembicaraan semakin rumit setiap jam."

Kendati tak merinci apa tuntutan yang dimaksud, namun, pernyataan tersebut bertentangan dengan apa yang dikatakan empat pejabat barat–bahwa rancangan teks akhir telah disepakati yang hanya memerlukan sedikit penyesuaian, kecuali pertanyaan terbuka Iran tentang tuntutan besar-besaran Rusia sebagai jaminan dari tercapainya kesepakatan.

Meski demikian, para diplomat mengatakan  teks akhir negosiasi itu mencakup jaminan yang lebih mengerucut pada kerja sama nuklir antara Rusia dan Iran yang digariskan dalam perjanjian.

Seorang pejabat Iran mengatakan, masih ada dua hingga tiga pertanyaan yang sulit  diselesaikan dan Teheran saat ini menuntut perubahan bagaimana kesepakatan harus dilaksanakan.

Dia mengatakan, Iran ingin penerbitan keringanan sanksi minyak diajukan ke awal, untuk kemudian memverifikasi langkah tersebut dengan mengekspor minyak dan mendapatkan petrodolar melalui sistem perbankan – sebuah perubahan radikal dari langkah kunci hati-hati dalam mengurutkan peristiwa yang dinegosiasikan.

Khamenei  yang memiliki keputusan akhir tentang masalah nuklir, membuat komentar yang tegas tetapi relatif tidak jelas tentang negosiasi.

"Kemajuan ilmiah di bidang nuklir terkait dengan kebutuhan masa depan kita, dan jika kita menyerah, akankah ada yang membantu kita di masa depan?" tuturnya.

Iran juga menginginkan jaminan bahwa tidak ada lagi presiden AS di masa depan yang akan meninggalkan kesepakatan nuklir.

Menanggapi kekhawatiran Iran, mantan Wakil Presiden AS, Mike Pence, mengatakan jika Washington menyetujui kesepakatan baru dan jika Partai Republik mengambil alih kekuasaan lagi, mereka akan "merobek Kesepakatan Nuklir Iran baru pada hari pertama."

Negosiator Prancis, Inggris dan Jerman tinggalkan negosiasi

Kemarin, AS menegaskan kembali bahwa mereka tidak berniat mengakomodasi tuntutan menit terakhir Rusia, yang dikatakan tidak ada hubungannya dengan pembicaraan Iran, termasuk sejumlah masalah yang luar biasa dan masih belum bisa diselesaikan dalam waktu lama. 

"Kami tidak berniat menawarkan kepada Rusia sesuatu yang baru atau spesifik yang berkaitan dengan sanksi atau sesuatu yang baru yang diperlukan untuk berhasil mencapai kesepakatan tentang pengembalian bersama untuk sepenuhnya mematuhi JCPOA," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price.

"Kami tetap mendekati kemungkinan kesepakatan. Ini karena sejumlah kecil masalah yang belum terselesaikan. Tetapi alasan dari masalah khusus ini luar biasa adalah karena mereka termasuk yang paling sulit," kata Price. 

Negosiator Eropa dari Prancis, Inggris dan Jerman untuk sementara meninggalkan pembicaraan karena mereka yakin telah melangkah sejauh yang mereka bisa. Alhasil, bola kini berada di tangan Amerika Serikat dan Iran untuk menyepakati isu-isu yang belum terselesaikan.

Negosiasi di Wina berjalan tertatih-tatih dengan hanya sebagian kecil dari jumlah pertemuan harian yang berlangsung di minggu-minggu sebelumnya.

Koordinator negosiasi, Enrique Mora, dari Uni Eropa, bertemu dengan kepala perunding Iran, Ali Bagheri, kemarin usai pertemuan dengan kepala utusan Rusia, Mikhail Ulyanov, pada hari Selasa dan Rabu.

Sedikitnya kemajuan yang tercapai dalam negosiasi tersebut membuat Prancis memperlihatkan ketidaksabaran negara Barat, yang telah lama memperingatkan bahwa waktu hampir habis karena kemajuan nuklir Iran akan segera membuat pembatasan kesepakatan awal menjadi mubazir.

"Kami sangat dekat dengan kesepakatan, tetapi jendela peluang tertutup," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis, Anne-Claire Legendre, kepada wartawan dalam briefing harian.