Peraih Nobel Muhammad Yunus Pimpin Bangladesh Usai Kerusuhan Mematikan
Penunjukan Yunus dilakukan atas permintaan mahasiswa.
Fortune Recap
- Peraih Nobel Perdamaian, Muhammad Yunus, memimpin pemerintahan sementara Bangladesh setelah militer mengambil alih kendali negara tersebut
- Keputusan ini dibuat setelah pertemuan selama empat jam yang melibatkan Presiden Mohammed Shahabuddin, para pimpinan militer, dan para mahasiswa yang memimpin aksi besar-besaran di jalanan
- Yunus sempat menghadapi hukuman penjara awal tahun ini atas beberapa pelanggaran undang-undang ketenagakerjaan, namun dianggap bermotif politik dan dipertimbangkan mendirikan partai politik tandingan
Jakarta, FORTUNE - Peraih Nobel Perdamaian Muhammad Yunus memimpin pemerintahan sementara Bangladesh setelah militer mengambil alih kendali negara tersebut menyusul demonstrasi yang berakhir dengan kerusuhan massal dan memaksa Sheikh Hasina, perdana menteri sebelumnya, melarikan diri.
Yunus adalah satu ekonom paling terkenal di Bangladesh yang memenangkan Nobel untuk karyanya dengan pemberi pinjaman mikro Grameen Bank.
Kantor berita nasional Bangladesh menyebutkan keputusan ini dibuat setelah pertemuan selama empat jam yang melibatkan Presiden Mohammed Shahabuddin, para pimpinan militer, dan para mahasiswa yang memimpin aksi besar-besaran di jalanan.
Para pemimpin protes telah mengajukan lobi agar Yunus mengambil alih kepemimpinan. "Kami percaya pada Dr. Yunus," tulis seorang ketua aksi mahasiswa di Facebook. .
Penunjukan perdana menteri sementara tersebut adalah perputaran nasib yang luar biasa bagi Yunus, yang sempat menghadapi hukuman penjara pada awal tahun ini.
Pada Januari lalu, Yunus dan tiga eksekutif lainnya di Grameen Telecom divonis bersalah oleh seorang hakim di Dhaka atas beberapa pelanggaran undang-undang ketenagakerjaan, termasuk kegagalan untuk membuat dana kesejahteraan bagi karyawan.
Yunus sendiri dijatuhi hukuman enam bulan penjara.
Pun demikian, para pengamat meyakini kasus tersebut bermotif politik. Pasalnya, Yunus dianggap sebagai saingan bagi Hasina dan sempat mempertimbangkan untuk mendirikan partai politik tandingan. Para pemimpin dunia seperti mantan presiden AS Barack Obama dan mantan sekretaris jenderal PBB Ban Ki-moon menyerukan Bangladesh untuk menangguhkan proses hukum terhadap Yunus, namun tidak berhasil.
Sementara menurut Yunus, putusan tersebut "bertentangan dengan semua preseden hukum dan logika."
Pelopor Keuangan Mikro
Yunus dikenal khalayak luas berkat Grameen Bank, sebuah lembaga keuangan yang ia dirikan pada 1983. Bank ini terkenal karena mendorong konsep kredit mikro, dengan memberikan pinjaman kurang dari US$100 kepada masyarakat miskin pedesaan di Bangladesh, yang membuat ia mendapatkan julukan "bankir bagi yang termiskin dari yang miskin."
Laman Fortune.com mewartakan bahwa para ekonom menganggap pinjaman-pinjaman kecil ini membantu meningkatkan pertumbuhan Bangladesh, karena memungkinkan orang untuk berinvestasi dalam peralatan pertanian atau perlengkapan bisnis lainnya.
Sejak mulai beroperasi, Grameen Bank telah meminjamkan US$38,7 miliar dengan tingkat pengembalian sedikit di atas 96 persen.
Keberhasilan Grameen memelopori model pembangunan berbasis kredit mikro, dengan para pendukungnya berpendapat bahwa pinjaman kecil bagi orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap atau jaminan dapat mendorong kewirausahaan di kalangan populasi yang lebih miskin.
Berkat kontribusinya tersebut, Komite Nobel Norwegia menganugerahkan Hadiah Nobel Perdamaian kepada Yunus pada 2006 atas karyanya dalam bidang keuangan mikro.
Baru-baru ini, konsep keuangan mikro tersebut dikritik karena dianggap memberikan janji yang berlebihan dan mendorong orang untuk semakin terjerat utang tanpa meningkatkan penciptaan usaha mikro dan kecil yang berkelanjutan.
Namun, bank pembangunan Bangladesh terus menginvestasikan miliaran dolar ke dalam gerakan ini, dan beberapa analis berpendapat bahwa akses keuangan tetap penting bagi populasi yang lebih miskin.
Tewasnya WNI dalam Kerusuhan Bangladesh
Hasina yang menjadi penyebab demonstrasi besar-besaran Bangladesh, adalah perdana menteri yang menjabat pada 1996 hingga 2001.
Pada 2009, ia kembali menduduki posisi tersebut dan dianggap berhasil mengawasi pertumbuhan ekonomi Bangladesh, dengan pendapatan per kapita yang meningkat dua kali lipat sejak 2014.
Industri garmen, yang memproduksi barang-barang untuk merek-merek seperti Lululemon dan pemilik Zara, Inditex, telah membantu mendorong sebagian besar pertumbuhan negara Asia Selatan tersebut.
Namun, para aktivis hak asasi manusia menuduh Hasina menindak perbedaan pendapat. Beberapa pemimpin oposisi dipenjara menjelang pemilu Januari, yang dimenangkan Hasina dengan nyaman.
Protes yang akhirnya mengakhiri masa jabatan 15 tahun Hasina sebagai perdana menteri dimulai pada Juli, sebagai tanggapan atas keputusan pemerintah untuk mempertahankan kuota pekerjaan pada layanan sipil bagi orang-orang yang memiliki hubungan keluarga dengan veteran perang kemerdekaan Bangladesh tahun 1971 melawan Pakistan.
Para pengunjuk rasa percaya bahwa kuota tersebut memberikan perlakuan istimewa kepada anggota partai Hasina, Liga Awami.
Pada pertengahan Juli, protes damai berubah menjadi kekerasan saat para pengunjuk rasa bentrok dengan otoritas dan pendukung pro-pemerintah. Pemerintah Bangladesh mencoba mematikan akses internet di seluruh negeri untuk meredam protes, namun tidak berhasil. Setidaknya 300 orang dilaporkan tewas sejak protes dimulai.
Seorang warga Indonesia (WNI), berdasarkan keterangan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, dilaporkan meninggal dunia saat kerusuhan berlangsung. Korban berinisial DU tersebut tiba di Bangladesh pada 1 Agustus 2024 untuk kunjungan bisnis.
Ia diduga meninggal dunia akibat menghirup terlalu banyak asap ketika hotel tempatnya menginap di Jashore, Bangladesh, terbakar pada Senin (5/8).