Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
For
You

Kerugian Ekonomi Bencana Sumatera Ditaksir Capai Rp68,67 Triliun

antarafoto-korban-tewas-banjir-bandang-di-tapanuli-selatan-mencapai-50-orang-1764759412.jpg
Warga melintas di area rumah yang terdampak banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Senin (1/12/2025). (ANTARA FOTO/Yudi Manar)

Jakarta, FORTUNE - Center of Economic and Law Studies (Celios) mengungkapkan bahwa banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di tiga provinsi di Sumatera telah menimbulkan kerugian ekonomi nasional mencapai Rp68,67 triliun. Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira Adhinegara, menyampaikan bahwa rangkaian bencana di Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar) itu memberikan tekanan signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

“Secara nasional, terjadi dampak penurunan Produk Domestik Bruto mencapai Rp68,67 triliun atau setara dengan 0,29 persen,” kata Bhima sebagaimana dikutip dari keterangannya, Jumat (5/12).

Ia menambahkan bahwa gangguan terhadap jaringan transportasi di wilayah terdampak turut memberi efek lanjutan ke daerah lain. Arus distribusi barang konsumsi maupun pasokan industri di berbagai provinsi ikut terhambat. “Terlebih Sumatera Utara merupakan salah satu simpul industri nasional di Sumatera,” ujar Bhima.

Dari perhitungan Celios, bencana tersebut menyebabkan perekonomian Aceh terkontraksi Rp2,04 triliun; Sumut Rp2,07 triliun; Sumbar Rp2,01 triliun; Riau Rp2,06 triliun; Jambi Rp2,08 triliun; Sumatera Selatan Rp1,99 triliun; Bengkulu Rp2,08 triliun; Lampung Rp2,07 triliun; Bangka Belitung Rp2,01 triliun; dan Kepulauan Riau Rp2,07 triliun.

Dampak serupa juga dirasakan wilayah lainnya: DKI Jakarta Rp1,88 triliun; Jawa Barat Rp2,07 triliun; Jawa Tengah Rp2,06 triliun; DI Yogyakarta Rp2 triliun; Jawa Timur Rp2,7 triliun; Banten Rp2,08 triliun; dan Bali Rp1,95 triliun.

“Secara regional, ekonomi Aceh akan menyusut sekitar 0,88 persen atau setara Rp 2,04 triliun,” tutur Bhima.

Adapun tiga provinsi paling terdampak di Sumatera—Aceh, Sumbar, dan Sumut—mengalami banjir bandang dan tanah longsor berskala besar.

Dalam studi terbarunya, Celios menjelaskan bahwa estimasi kerugian ekonomi akibat banjir tersebut dihitung berdasarkan lima kategori kerugian. Pertama, kerugian rumah yang masing-masing mencapai Rp30 juta per rumah. Kedua, kerugian jembatan dengan masing-masing biaya pembangunan kembali jembatan mencapai Rp1 miliar.

Ketiga, kerugian pendapatan keluarga sesuai dengan pendapatan rata-rata harian masing-masing provinsi dikali dengan 20 hari kerja. Keempat, kerugian lahan sawah dengan kehilangan mencapai Rp6.500 per kg dengan asumsi per Ha dapat menghasilkan 7 ton. Kelima, perbaikan jalan per 1000 meter mencapai Rp100 juta.

Menurut Celios, kerusakan lingkungan tersebut terjadi akibat perubahan tutupan lahan yang dipengaruhi praktik deforestasi untuk perkebunan sawit maupun aktivitas pertambangan. Di sisi lain, kontribusi sektor tambang dan sawit bagi daerah, seperti Aceh, dinilai tidak sepadan dengan besarnya kerugian yang muncul akibat bencana. Oleh karena itu, Celios mendorong pemerintah untuk segera memberlakukan moratorium izin pertambangan serta perluasan perkebunan sawit.

"Sudah waktunya beralih ke ekonomi yang lebih berkelanjutan, ekonomi restoratif. Tanpa perubahan struktur ekonomi, bencana ekologis akan berulang dengan kerugian ekonomi yang jauh lebih besar," ungkap Celios dalam laporan studi.

Saat laporan ini ditulis, pusat data real time BNPB pada laman https://gis.bnpb.go.id/bansorsumatera2025/, Jumat (5/12), mengungkap jumlah korban meninggal mencapai 846 orang, 547 orang hilang, ribuan orang lainnya terluka. Puluhan ribu rumah, fasilitas publik, serta infrastruktur juga mengalami kerusakan berat akibat bencana tersebut.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us

Latest in News

See More

PIER Proyeksikan Ekonomi 2026 Tumbuh 5,2 Persen, Sinergi Fiskal & Moneter Salah Satu Kunci

05 Des 2025, 14:56 WIBNews