Apa Penyebab Kerusuhan di LA? Begini Kronologi Awalnya

- Penangkapan imigran oleh ICE memicu kerusuhan besar di LA.
- Razia mendadak dan penangkapan puluhan imigran menimbulkan demonstrasi, bentrokan, dan pembakaran kendaraan.
- Trump kerahkan militer ke LA tapi gubernur menolak, kekacauan meluas di pusat kota LA.
Jakarta, FORTUNE - Los Angeles (LA) diguncang kerusuhan sejak Jumat malam (6/6). Kerusuhan terjadi akibatoperasi penangkapan masif oleh Imigrasi dan Bea Cukai Amerika Serikat atau U.S. Immigration and Customs Enforcement (ICE).
Aksi razia dilakukan di sejumlah titik strategis. Hal tersebut memicu demonstrasi meluas, bentrokan, dan pembakaran kendaraan dalam beberapa hari terakhir. Kemarahan publik dipicu oleh penangkapan puluhan imigran yang dianggap melanggar hukum serta respons keras dari aparat federal.
Di tengah situasi yang masih belum kondusif, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Los Angeles mengeluarkan imbauan resmi bagi Warga Negara Indonesia (WNI) agar tetap waspada.
“Sehubungan dengan situasi terkini di Los Angeles dan sekitarnya, KJRI LA mengimbau WNI untuk tetap tenang dan waspada terkait aktivitas ICE. Selalu bawa identitas resmi (paspor/Real ID) dan hubungi Hotline +1 (213) 590-8095 jika memerlukan bantuan,” tulis KJRI melalui akun Instagram resminya.
Penyebab kerusuhan di LA
Kerusuhan di LA bermula sejak operasi mendadak ICE di kawasan Fashion District, sejumlah gudang buruh harian, hingga toko-toko besar seperti Home Depot dan Dale’s Donuts. LA Times melaporkan sebanyak 118 orang ditangkap dalam operasi tersebut, termasuk lima individu yang diduga terkait jaringan kriminal.
Namun, aparat bersenjata lengkap dan pengangkutan para pekerja dengan bus bertuliskan U.S. Marshals memicu reaksi keras dari masyarakat. Warga pun turun ke jalan untuk menuntut dihentikannya penggerebekan yang dinilai diskriminatif dan brutal.
Aksi protes meluas hingga wilayah Paramount dan Compton. Massa membakar kendaraan serta berusaha menghadang mobil dinas federal. Polisi merespons para demonstran dengan tembakan gas air mata dan granat kejut.
“Kami akan melindungi hak warga untuk berunjuk rasa damai, tapi kami tidak akan mentolerir kekerasan atau perusakan,” tegas Sheriff Los Angeles County, Robert Luna, melansir LA Times, Selasa (10/6).
Trump kerahkan militer tapi gubernur menolak
Di tengah eskalasi ketegangan, Donald Trump menandatangani memo eksekutif yang mengaktifkan Title 10. Memo tersebut berisi mekanisme hukum yang memungkinkan pengerahan militer tanpa persetujuan gubernur negara bagian.
Sekitar 2.000 personel Garda Nasional dan 700 Marinir dari Camp Pendleton dikerahkan ke pusat kota LA. Langkah tersebut langsung mendapat penolakan dari otoritas negara bagian. Gubernur California Gavin Newsom menilai kehadiran militer justru memperburuk keadaan.
“Ini bukan solusi, ini demonstrasi kekuasaan yang memicu konflik lebih luas,” kata Letnan Gubernur Eleni Kounalakis.
Kekacauan meluas
Hingga Minggu malam (8/6), suasana di pusat kota LA kian tak terkendali. Mobil otonom Waymo dibakar, kendaraan polisi dirusak, dan sejumlah toko dijarah.
Di sekitar gedung federal, dinding dipenuhi grafiti berisi kecaman terhadap ICE, LAPD, dan Trump. Pecahan kaca dan peluru karet berserakan di jalanan.
Lebih dari 40 orang telah ditangkap atas tuduhan vandalisme dan kekerasan. Beberapa tokoh serikat buruh seperti David Huerta dari Service Employees International Union (SEIU) California dikenai dakwaan federal.
Meski demikian, sebagian warga menilai kerusuhan ini sebagai ekspresi kemarahan yang beralasan. Bagi banyak warga, penyebab kerusuhan di LA tak bisa dilepaskan dari kebijakan imigrasi federal yang dianggap tidak manusiawi.
Kerusuhan terbaru di LA bukanlah insiden yang terisolasi. Sekalipun sebagian warga tetap melanjutkan aktivitas seperti biasa, protes yang meluas menjadi sinyal bahwa ketidakpuasan publik telah mencapai puncaknya.
Hingga saat ini, otoritas lokal dan federal di AS masih berupaya menstabilkan keadaan. Komunitas imigran diimbau tetap waspada karena menjadi pihak paling terdampak dari situasi yang sedang berlangsung.